Selamat Hari Tani Buat Dampingan PESADA

Pengembangan Kedaulatan Pangan Keluarga Pada Masa Covid- 19

Melihat dampak dari wabah Covid – 19 ini banyak dampingan PESADA yang mengalihkan pekerjaan menjadi petani seperti usaha  penjahit, penenun, usaha kantin sekolah, usaha fotocopy, jajanan  dan usaha lainnya hingga saat ini focus dengan menanam tanaman palawija  dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan ataupun bertanam metode hidroponik minimal terpenuhinya pangan keluarga yang tinggal di kota ataupun pinggir kota.

Dampingan PESADA mayoritas petani dengan bertani dapat memenuhi kebutuhan keluarga, pendidikan anak, adat, serta biaya lainnya. Dampingan PESADA yang tinggal di desa tetap bertani padi, kopi, cabe, coklat, kemiri, jeruk dan jagung  serta tanaman musiman seperti buah rambutan, durian, jengkol, petai dll dimana proses pengolahan product pertanian ini membutuhkan waktu yang lama.

Peta pertanian dampingan PESADA adalah :

Pada Masa Covid-19, PESADA mendampingi Petani dengan

  1. Memotivasi  untuk persediaan pangan  :  Sesuai taksiran hingga saat ini bahwa kita tidak tahu   kapan Covid-19 berakhir, oleh sebab itu kita harus waspada dan mempersiapkan diri untuk kedaulatan pangan.
  2. Berdasarkan dampak  ekonomi yang terjadi pada kita seperti tingkat penghasilan menurun, tetapi kita harus mengkonsumsi B2SA, oleh sebab itu kita perlu melakukannya tanpa ada pengeluaran yaitu dari alam kembali ke alam.
  3. Peserta mampu menghasilkan produk pertanian organic yang sehat pada masa pandemic Covid-19.
  4. Memastikan peserta terpenuhinya/tersedia kedaulatan pangan untuk keluarga dan desa.

Dengan tujuan tersebut  PESADA bersama dampingan  Kelompok Kebun Keluarga

untuk pembuatan bokasi dengan bahan  sebagai berikut

  • Kotoran ternak (babi, ayam, kerbau, kambing)
  • Dedak / sekam padi
  • Daun jagung yang sudah tua, daun-daunan muda, daun bamboo yang sudah tua, daun sirisi-risi
  • Batang pisang, lamtoro, bunga matahari liar (sipaet-paet)
  • Gula merah atau gula pasir 1 kg, kulit coklat, kopi.
  • EM4 (pencucian kopi ateng ) 10 ember

 

Peralatan yang dibutuhkan :

  • Terpal untuk menutup bokasi agar terhindar langsung dari matahari dan hujan
  • Parang untuk mencincang daun- daunan
  • Cangkul atau sekop untuk mencampur / mengaduk bahan-bahan
  • Telenan kayu untuk alas mencincang daun-daunan.

Cara pembuatan pupuk bokasi :

  • Menyediakan tempat pembuatan bokasi
  • Semua daun-daunan & bahan lainnya di cincang
  • Semua bahan dicampur dan diaduk hingga rata
  • Siramkan EM4 ( pencucian kopi ateng yang pertama) sambil dilakukan pengadukan
  • Setelah semua bahan tercampur, tutup dengan plastic untuk menghindari sinar matahari langsung dan air hujan.
  • Dilakukan pengadukan 2 kali dalam seminggu dan disiramkan EM4 secukupnya untuk mendapatkan hasil yang baik dan mempercepat pembusukan. Kurang lebih 1 bulan kompos sudah dapat dipergunakan ke lahan apabila suhunya telah stabil.

Keterangan dari bahan  :

  • Bahan tanaman lamtoro : mengandung SP 36 berfungsi untuk mempercepat batang & buah tanaman.
  • Bunga matahari liar (sipaet-paet) : mengandung urea berfungsi untuk  daun tanaman
  • Batang jagung, daun bamboo yang sudah kering: mengandung KCL berfungsi untuk merangsang batang
  • Air cucian kopi pengganti EM 4

 

Bahan-bahan yang kita butuhkan di atas adalah ada dan kita dapatkan di sekitar lingkungan daerah dampingan petani yang mudah kita manfaatkan dan proses pengolahannya juga mudah hanya dituntut  kemauan dan keinginan petani untuk maju,

Pada masa Covid-19 ini Petani melalui kelompok kebun keluarga bersungguh-sungguh untuk pembuatan bokashi tersebut dengan taksiran ±500 – 1.000 kg  dengan target minimal tersedianya bokashi untuk tanaman sendiri dan jika lebih akan menambah pendapatan kelompok kebun keluarga.(ES)

 

 

Audensi ke Dinas P3AP2KB Mengenai Tindak Lanjut Hasil OSS&L

Pengelolaan OSS&L  adalah sebuah inovasi dalam rangka pemenuhan dan perlindungan hak kesehatan seksual & reproduksi perempuan, yang bertujuan agar perempuan semua umur, khususnya Perempuan Pedesaan dan Perempuan muda memperoleh akses terhadap paket penguatan kesadaran dan pengetahuan HKSR berupa pendidikan dan pelayanan yang  mudah diakses, bermutu, murah, serta mampu menjaga privasi dan kerahasiaan perempuan, yang diselenggarakan dengan berbasis komunitas maupun lembaga,  serta melibatkan para pihak yang terlibat sesuai kebutuhan termasuk pelayanan bagi perempuan yang mengalami segala bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP). Inovasi ini lahir dari hasil penelitian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang dilakukan secara serentak di 16 kabupaten di 8 propinsi di Pulau Sumatera.  Ditemukan bahwa penyebab tingginya KTD adalah karena minimnya akses perempuan kepada informasi hak kesehatan seksual dan reproduksi yang mudah diakses, aman dan bermutu.

Pengelolaan OSS&L terselenggara atas kerjasama Pesada dengan Dinas Kesehatan yang  dilaksanakan di salah satu Puskesmas di Kabupaten Dairi yaitu Puskesmas Batang Beruh, telah berjalan sekitar 2 tahun, di mana hasil pengelolaan tersebut secara reguler telah didiskusikan langsung dengan Kepala Puskesmas  dan Dinas Kesehatan sekaligus merumuskan perbaikan atas rekomendasi dari hasil pengelolaan OSS&L.  Salah satu informasi dari pengelolaan OSS&L ini adalah   adanya layanan alat kontrasepsi ( implant ) yang tidak tersedia di puskesmas. Oleh pihak Dinas Kesehatan mengatakan untuk pengadaan alat kontrasepsi tersebut harus dikomunikasikan ke Dinas P3AP2KB.

Pada tanggal 3 Juli 2020, PESADA melakukan audensi ke Dinas P3AP2KB terkait pengadaan alat kontrasepsi.  Yang dihadiri oleh Bapak Banurea, Ibu Siagian, Ibu Pakpahan, Dinta Solin dan Elpina Sipayung. Bapak Banurea menyampaikan prosedur pengadaan barang ke Puskesmas maupun ke rumah sakit harus ada surat permintaan barang yang diajukan ke P3AP2KB. Apabila laporan pertanggungjawaban persediaan barang  belum diserahkan, Dinas P3AP2KB tidak akan mendistribusikan alkon tersebut.  Ini merupakan kendala yang sering terjadi sehingga pengadaan barang tidak dapat didistribusikan.  Hal diatas perlu diperhatikan oleh pihak – pihak terkait untuk pemenuhan layanan yang bermutu kepada masyarakat.(ES)

Pendidikan pencegahan dan respon cepat penyebaran covid19

Pendidikan pencegahan dan respon cepat penyebaran Covid 19 dilakukan PESADA pada tanggal 6 April 2020 untuk kader pengelola  OSS&L dan staf CU Pesada PEREMPUAN yang berjumlah 10 orang dengan narasumber dr. Edison Damanik dari Dinas Kesehatan Kab Dairi . Pendidikan ini bertujuan supaya peserta

  1. Memahami seluk beluk Covid 19, jenis penularan dan cara pencegahannya.
  2. Mampu menyampaikan informasi ke keluarga/rumah tangga, kelompok perempuan dan komunitas mengenai point 1 dengan sederhana, menggunakan media-media yang resmi yang telah diadopsi untuk mudah dipahami.
  3. Mengingat ulang isi pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bahasa yang mudah dipahami di kelompok perempuan menghindari penyebaran covid 19.
  4. Terampil membuat dan menggunakan hand sanitizer dan disinfektan yang sesuai standar Kesehatan.
  5. Terampil merespon kasus yang berhubungan dengan covid29, merujuk ke layanan Kesehatan dan adanya hotline untuk mempercepat layanan terkait covid19

Dalam proses diskusi peserta  mengisi  check list penilaian resiko pribadi terkait covid19,  dalam penilaian tersebut peserta memilih kegiatan  yang  dilakukan berpotensi tertular di luar rumah, potensi terlular di dalam rumah dan daya tahan tubuh ( imunitas ). Dari hasil penilaian ini peserta menyadari sangat penting menjaga  kebersihan diri dan lingkungan, mencuci tangan apabila menyentuh benda – benda, mandi dan keramas apabila keluar rumah, merendam pakaian, mensosialisasikan check list penilaian resiko pribadi kepada keluarga di rumah supaya tidak tertular, menjaga kesehatan dengan berolahraga dan mengkonsumsi vitamin E dan C.  Peserta juga mengetahui bahan – bahan makanan yang meningkatkan kekebalan tubuh. Bahan makanan tersebut banyak tersedia disekitar kita misalnya jambu biji, labu kuning, ubi jalar dan harganya masih terjangkau.

 

Kedaulatan Pangan Organik Pada Masa  Pandemi Covid 19

Bulan Mei 2020, Pesada melakukan kegiatan diskusi dengan topik “Pencegahan & Respon Cepat Covid 19“ pada kelompok kebun keluarga. Mengetahui bahwa mayoritas dampingan Pesada adalah petani, diskusi ini dilakukan di Unit Bahagia Desa Kaban Julu, Unit Ronaria Batu Kapur Desa Karing, dan Unit Kopi Maju Desa Jumateguh, Pesada menilai bahwa topik ini sangat penting untuk diketahui oleh dampingan kelompok kebun keluarga pada masa Covid – 19 ini. Selain bertambahnya pengetahuan pemahaman  Covid – 19 serta cara pencegahannya juga memotivasi merubah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pesada menyampaikan untuk tetap  mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi  untuk meningkatkan immunitas. Adapun dampak Covid – 19 yang dirasakan oleh petani saat ini adalah harga produk pertanian yang begitu menurun pada masa Covid -19. Walaupun harga produk pertanian menurun, dampingan tetap semangat untuk menghadapinya bila melihat  situasi masyarakat di perkotaan yang begitu terasa dampaknya dibandingkan di desa. Pada kegiatan diskusi ini ada pembagian bibit tanaman bagi kelompok kebun keluarga  seperti bibit sawi manis, sawi pahit, kangkung, bayam, jagung manis serta memotivasi untuk menanam umbi – umbian pada masa Covid – 19 adapun tujuan pembagian bibit tanaman tersebut adalah :

  • Supaya dampingan tetap giat berkebun memanfaatkan pekarangan yang ada dan mengisi aktivitas selama stay at home bagi yang rentan dampak Covid – 19.
  • Supaya peserta mampu menghasilkan produk pertanian sehat dengan mengkonsumsi produk organik selama masa Covid –
  • Supaya peserta siap siaga untuk kedaulatan pangan dalam menghadapi Covid-19.

Oleh sebab itu dimasa sulit sekarang Pandemi Covid – 19, salah satu jawaban untuk mengisi kegiatan adalah bertanam dan beternak untuk memastikan kedaulatan pangan terjamin, Pesada akan  mendampingi ke kelompok lainnya untuk memastikan kedaulatan pangan tersedia dengan harapan tidak ada satu wargapun yang menderita kelaparan apalagi mati karena kelaparan pada masa Covid – 19. (ESS)

Diskusi Pendidikan Ktitis tentang Pencegahan dan Respon Cepat Penyebaran Covid 19 Di Kota Gunungsitoli dan Nias Barat.


Pelaksanaan diskusi kritis di wilayah Nias khusnya Pencegahan dan respon cepat penyebaran Covid 19 di Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Barat berjalan dengan baik dan keaktifan peserta yang antusias.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Personil PESADA dan Gugus Tugas penangana Covid 19 di 2 Kabupaten/Kota. Kegiatan ini bertujuan untuk  memahami seluk beluk Covid 19, jenis penularan dan cara pencegahannya dan mampu menyampaikan informasi ke keluarga/rumah tangga, kelompok perempuan dan komunitas mengenai point 1 dengan sederhana, menggunakan media-media yang resmi yang telah diadopsi untuk mudah dipahami.

Pendidikan diawali dengan penilaian resiko pribadi melalui panduan pertanyaan yang sudah disediakan oleh fasilitator. Dari hasil penilaian pribadi tersebut maka peserta yang hadir dalam kondisi rendah tertular Covid 19 disebabkan karena sudah mengetahui anjuran dari protokoler kesehatan dan salah satu yang menjadi keluhan adalah menjaga kontak sosial dengan orang lain dan keluarga dekat, tentangga. Dari penjelasan narasumber peserta mengetahui bahwa Virus Corona adalah penyakit jenis baru penyebab gangguan saluran pernapasan. Virus Corona ditularkan saat bicara, batuk dan bersin, sementara bersin bisa menjangkau sampai 4 mtr. Cara penularan melalui :Mata, Hidung dan Mulut, kenapa ini karena memiliki selaput lendir.

Berikut beberapa hal  untuk mencegah terinveksi dengan Covid 19 yang perlu di lakukan adalah :

  1. Mencuci tangan sesering mungkin dengan menggunakan sabu atau hand sanitizer.
  2. Menggunakan masker saat dirumah dan terlebih lebih diluar rumah.
  3. Menjaga jarak dengan orang dan tidak bersalaman selama beberapa waktu tertentu.
  4. Menyediakan disinfektan dan hand sanitizer.
  5. Kurangin aktifitas di luar kalau tidak berkepentingan
  6. Jangan mudik,
  7. Setelah kegiatan maka wajib disinfektan kembali untuk mensterilkan lingkungan termasuk barang dan bawaan

Dari pertemua tersebut salah satu yang dicemaskan oleh peserta antara lain :

  1. Ketersediaan hand sanitezer atau disinfektan masih belum tersedia dirumah-rumah.
  2. Ketersediaan pangan dan makanan dirumah
  3. Kekhawatiran kenaikan harga sembako.
  4. Kondisi dan ketahanan tubuh semakin berkurang akibat stres, gelisah, takut atas Covid 19.

Salah satu yang dilakukan untuk mencegah Virus Corono adalah  menjaga stamina, kondisi tubuh dan konsumsi makanan yang bergizi, konsumsi VCO dan mengikuti aturan protokeler kesehatan RI. Selaian pendidikan mengenai Covid 19 juga peserta memperoleh pengetahuan mengenai cara membuat Disinfektan dan hand sanitizer :

Kegiatan ini sangat disambut baik oleh pemerintah daerah mel;alui gugus tugas penanganan Covid 19 di Kota Gunungsitoli dan Nias Barat karena untuk melakukan pendidikan bukan hanya pemerintah tapi peran serta LSM dan Ormas sangat dibutuhan.

 

Peserta berterimaskih kepada PESADA atas kegiatan karena mereka mengetahui dan bertambah pengetahuan mereka mengenai Covid 19 dan berjanji akan menjadi akan meneruskan diskusi ini kepada keluarga kelompok dan di desa.(FH)

Advokasi Dana Desa di masa Pandemi Covid 19 oleh PESADA.

Dilaksanakan di desa Pegagan Julu IV Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi pada  tanggal 12 Juni 2020.

Desa ini merupakan salah satu desa pemanfaat program HKSR ( Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi ). Ada 2 unit  CU Pesada Perempuan  yang  sudah memiliki SKT  ( Surat Keterangan Terdaftar ) dari kepala desa.

Pertemuan ini disambut baik oleh Kepala Desa (Bapak Alexander Sinaga). Peserta 15 orang ( Pr 10 & Lk-lk 5) diantaranya:  Aparat Desa, Tomas, Kader Posyandu, Bidan desa dan pengurus Unit CU. beberapa point yang dibahas upaya yang dilakukan pemerintah dimasa pandemi covid 19 yang berkaitan dengan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan dalam diskusi tersebut bahwa pemerintah desa telah melakukan berbagai upaya atas respon cepat & pencegahan Covid – 19 diantaranya merealokasikan dana desa 30%  untuk bantuan sosial kepada masyarakat yang belum memperoleh bantuan dari Kabupaten dan Propinsi. Kendala yang ditemukan di lapangan masih  adanya masyarakat yang belum memiliki Kartu Keluarga (KK) dan KTP, dimana syarat pertama penerima bantuan harus memiliki identitas tersebut. Untuk memastikan masyarakat memiliki KK & KTP pemerintah memfasilitasin agar memiliki identitas diatas.

Penduduk yang terdaftar 566 Kepala Keluarga diantaranya yang penerima BLT sebanyak 155 KK, BST 55 KK, PKH 105 KK. Proses pendataan penerima bantuan dilakukan dengan musyawarah desa dengan melibatkan tokoh masyarakat, utusan per dusun. Selain itu pemerintah membentuk tim relawan diluar aparat desa dalam rangka mengawasi dan men cek setiap masyarakat yang masuk ke Desa tersebut dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid 19.

Dalam diskusi PESADA menyampaikan capaian program Pesada di desa Pegagan Julu IV & menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah untuk menindak lanjutinya termasuk pemenuhan hak hak kelompok rentan ( lansia, disabilitas, perempuan & anak anak) pemulihan yang terdampak Covid 19.

Respon Kepala Desa dari rekomendasi yang disampaikan oleh PESADA bahwa akan  menindak lanjuti menjadi program desa, dimana desa juga telah memprogramkan salah satunya adalah diskusi remaja desa yang nantinya akan melibatkan Pesada dan akan dilaksanakan November-Desember 2020, pembuatan kompos alami mengingat desa ini mayoritas  mengelola pertanian tanaman muda yang sangat membutuhkan ketersediaan kompos. Selain itu juga untuk sejauh ini upaya yang dilakukan respon atas pendidikan dimana memastikan pendidikan anak anak berjalan kerjasama dengan masing masing kepala dusun, sedangkan untuk pelayanan kesehatan melalui posyandu berjalan seperti biasa dengan tetap menerapkan protokoler kesehatan. Kemudian untuk program penguatan perempuan ke depan akan di programkan pada tahun 2021 dimana tahun 2020 ini anggaran desa lebih mengutamakan realokasi penanganan respon Covid 19 (SS/DS)

PERTANIAN ORGANIK SALAH SATU UPAYA MENGHADAPI DAMPAK COVID-19

Pandem Covid-19 hingga kini masih belum berakhir memberikan dampak buruk dibanyak sektor baik  ekonomi maupun pertanian. Harga jual komoditi hasil pertanian  mengalami penurunan yang sangat drastis. Salah satu contoh awal pandemi harga cabai rawit dari petani dikisaran Rp 5.000,-. Harga tersebut tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan, mereka harus membeli saprodi dan pupuk kimia. Jika perkiraan biaya pupuk, saprodi, dan tenaga kerja rasanya tidak setimpal. Jika tidak dipanen, cabainya akan rusak tetapi,  jika dipanen biaya panen jauh lebih mahal dibandingkan harga jual. Mungkin bila para petani kembali dengan metode pertanian organik setidaknya biay produski bisa dikurangi dan kesehatan lebih tejamin.

Situasi Covid-19 untuk menjaga stamina tubuh seperti yang disarankan ahli kesehatan  kita harus mengkonsumsi bahan pangan yang Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dan juga bebas dari residu kimia sintesis. Oleh sebab itu, Pesada terus memotivasi dampingan untuk tetap menanam sayuran, umbi-ubian, jagung, padi, yang diolah secara organik setidaknya untuk konsumsi kebutuhan keluarga. Sebelumnya Pesada secra rutin  mendampingi kelompok pertanian organik di beberapa unit  seperti Buluh Tellang, Prongil Julu, Prongil Jehe, Binanga Sitelu, Laembuturen, Kuta Babo dan Pangiringan. Pada bulan Juni ini, memotivasi kembali dampingan dan unit lain untuk pembuatan pupuk organik yang memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggal. Beberapa keuntungan yang diperoleh sebagai pelaku pertanian organik yaitu konsumsi pangan sehat karena tidak ada residu kimia dari pupuk kimia dan pestisida, biaya produksi minim karena memanfaatkan bahan-bahan yang di alam dan menyuburkan tanah.

Adapun bahan-bahan untuk pupuk organik yang digunakan berupa kotoran ternak, abu dapur, dedak, daun-daunan, jerami padi, lamtoro, batang pisang, air cucian kopi ateng (pengganti EM4), ataupun bahan-bahan yang tersedia di sekitar ladang. Pada motivasi pertanian organik ini yang dilakuakn di beberapa unit, sangat antusias dan akan menerapkan di lahan masing-masing karena banyak dampingan mempunyai ternak seperti kambing, kerbau, lembu, ayam, dan babi. “Bahan-bahannya sangat banyak di ladang kami, sebelumnya kami tidak tahu cara membuatnya dan kami membeli kompos satu karung Rp 14.000” cerita salah satu dampingan. Di samping motivasi pertanian organik, juga memberikan sosialisasi cara pertanian hidroponik dengan memanfaatkan barang bekas dan membuat di depan rumah atau lahan sempit serta pembagian bibit sayur di setiap kelompok untuk dikembangkan. (NT/MP)

Antisipasi Kesulitan Belajar Online Selama Covid-19, Permampu Kembangkan Program Pendidikan Kritis Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Antisipasi Kesulitan Belajar Online Selama Covid-19, Permampu Kembangkan Program Pendidikan Kritis, https://medan.tribunnews.com/2020/05/03/antisipasi-kesulitan-belajar-online-selama-covid-19-permampu-kembangkan-program-pendidikan-kritis. Editor: Truly Okto Hasudungan Purba

https://medan.tribunnews.com/2020/05/03/antisipasi-kesulitan-belajar-online-selama-covid-19-permampu-kembangkan-program-pendidikan-kritis