Newsletter subscribe

Berita

PERTANIAN ORGANIK SALAH SATU UPAYA MENGHADAPI DAMPAK COVID-19

Posted: June 1, 2020 at 9:11 am   /   by   /   comments (0)

Pandem Covid-19 hingga kini masih belum berakhir memberikan dampak buruk dibanyak sektor baik  ekonomi maupun pertanian. Harga jual komoditi hasil pertanian  mengalami penurunan yang sangat drastis. Salah satu contoh awal pandemi harga cabai rawit dari petani dikisaran Rp 5.000,-. Harga tersebut tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan, mereka harus membeli saprodi dan pupuk kimia. Jika perkiraan biaya pupuk, saprodi, dan tenaga kerja rasanya tidak setimpal. Jika tidak dipanen, cabainya akan rusak tetapi,  jika dipanen biaya panen jauh lebih mahal dibandingkan harga jual. Mungkin bila para petani kembali dengan metode pertanian organik setidaknya biay produski bisa dikurangi dan kesehatan lebih tejamin.

Situasi Covid-19 untuk menjaga stamina tubuh seperti yang disarankan ahli kesehatan  kita harus mengkonsumsi bahan pangan yang Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dan juga bebas dari residu kimia sintesis. Oleh sebab itu, Pesada terus memotivasi dampingan untuk tetap menanam sayuran, umbi-ubian, jagung, padi, yang diolah secara organik setidaknya untuk konsumsi kebutuhan keluarga. Sebelumnya Pesada secra rutin  mendampingi kelompok pertanian organik di beberapa unit  seperti Buluh Tellang, Prongil Julu, Prongil Jehe, Binanga Sitelu, Laembuturen, Kuta Babo dan Pangiringan. Pada bulan Juni ini, memotivasi kembali dampingan dan unit lain untuk pembuatan pupuk organik yang memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggal. Beberapa keuntungan yang diperoleh sebagai pelaku pertanian organik yaitu konsumsi pangan sehat karena tidak ada residu kimia dari pupuk kimia dan pestisida, biaya produksi minim karena memanfaatkan bahan-bahan yang di alam dan menyuburkan tanah.

Adapun bahan-bahan untuk pupuk organik yang digunakan berupa kotoran ternak, abu dapur, dedak, daun-daunan, jerami padi, lamtoro, batang pisang, air cucian kopi ateng (pengganti EM4), ataupun bahan-bahan yang tersedia di sekitar ladang. Pada motivasi pertanian organik ini yang dilakuakn di beberapa unit, sangat antusias dan akan menerapkan di lahan masing-masing karena banyak dampingan mempunyai ternak seperti kambing, kerbau, lembu, ayam, dan babi. “Bahan-bahannya sangat banyak di ladang kami, sebelumnya kami tidak tahu cara membuatnya dan kami membeli kompos satu karung Rp 14.000” cerita salah satu dampingan. Di samping motivasi pertanian organik, juga memberikan sosialisasi cara pertanian hidroponik dengan memanfaatkan barang bekas dan membuat di depan rumah atau lahan sempit serta pembagian bibit sayur di setiap kelompok untuk dikembangkan. (NT/MP)