Serial Diskusi Pencegahan Penyebaran Covid19

Kader yang sudah menerima pendidikan dari PESADA mengenai penyebaran dan pencegahan covid19, mereka memfasilitasi diskusi di unit CU Pesada PEREMPUAN.  Dalam situasi saat ini  peserta dibatasi hanya 10 orang dengan tetap menjaga jarak satu dengan yang lain. Diskusi  dilaksanakan di balai desa dan tempat terbuka.   Di wilayah Dairi  diskusi pencegahan penyebaran covid19 telah terlaksana pada tanggal 7 dan 8 April 2020 di 6 unit yaitu Unit Raphita Batu Gun – Gun, Unit Labani Basecamp, Unit Matahari Lae Gerat, Unit Ulina Buluh Ujung, Unit Merdeka Lae Pinang  dan Unit Labanta Sidiangkat.

Melalui media –  media yang disampaikan fasilitator anggota lebih paham dalam menjaga pola hidup bersih dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menjaga daya tahan tubuh.  Ada pandangan dari peserta untuk memenuhi gizi dalam keluarga harus membeli buah import seperti  buah pir, anggur sementara dari media  yang diberikan bahan makanan  untuk  menambah daya tahun tubuh banyak tersedia di sekitar mereka, misalnya pepaya, jambu biji dan sayur- sayuran  karena pada umumnya  mereka mengolah lahan pertanian sehingga pemenuhan gizi dalam keluarga masih terpenuhi.

Dalam diskusi ini juga dihadiri oleh perangkat desa dan pegawai kelurahan.  Mereka memaparkan upaya yang sudah dilakukan dalam pencegahan penyebaran covid 19 masih melakukan penyemprotan desinfektan ke seluruh rumah penduduk, pengalokasian anggaran dana desa  belum ada dilakukan untuk penanggulangan covid, Peserta mengusulkan supaya adanya pembagian bantuan kepada masyarakat yang terdampak covid. Anggota mengeluh karena harga pertanian turun seperti cabe  sementara kebutuhan sangat tinggi. Adanya pembagian masker kepada masyarakat, posko – posko di desa diaktifkan untuk mengontrol orang yang masuk ke desa, menyemprot mobil yang masuk ke desa dengan desinfektan dan perlunya keterbukaan informasi data ODP, PDP dan positif.  Berdasarkan pengamatan anggota CU di lapangan, ada pemberian bantuan telur tetapi itu program untuk anak stunting. Bukan dari penaggulangan covid 19.

Diakhir diskusi masing – masing peserta mempraktekkan cara pembuatan desinfektan dan hasilnya mereka bawa pulang untuk digunakan dirumah.(ES)

 

Pendidikan Pencegahan dan Respon Cepat Penyebaran Covid19

Pendidikan pencegahan dan respon cepat penyebaran Covid 19 dilakukan PESADA pada tanggal 6 April 2020 untuk kader pengelola  OSS&L dan staf CU Pesada PEREMPUAN yang berjumlah 10 orang dengan narasumber dr. Edison Damanik dari Dinas Kesehatan Kab Dairi . Pendidikan ini bertujuan supaya peserta

  1. Memahami seluk beluk Covid 19, jenis penularan dan cara pencegahannya.
  2. Mampu menyampaikan informasi ke keluarga/rumah tangga, kelompok perempuan dan komunitas mengenai point 1 dengan sederhana, menggunakan media-media yang resmi yang telah diadopsi untuk mudah dipahami.
  3. Mengingat ulang isi pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bahasa yang mudah dipahami di kelompok perempuan menghindari penyebaran covid 19.
  4. Terampil membuat dan menggunakan hand sanitizer dan disinfektan yang sesuai standar Kesehatan.
  5. Terampil merespon kasus yang berhubungan dengan covid29, merujuk ke layanan Kesehatan dan adanya hotline untuk mempercepat layanan terkait covid19

Dalam proses diskusi peserta  mengisi  check list penilaian resiko pribadi terkait covid19,  dalam penilaian tersebut peserta memilih kegiatan  yang  dilakukan berpotensi tertular di luar rumah, potensi terlular di dalam rumah dan daya tahan tubuh ( imunitas ). Dari hasil penilaian ini peserta menyadari sangat penting menjaga  kebersihan diri dan lingkungan, mencuci tangan apabila menyentuh benda – benda, mandi dan keramas apabila keluar rumah, merendam pakaian, mensosialisasikan check list penilaian resiko pribadi kepada keluarga di rumah supaya tidak tertular, menjaga kesehatan dengan berolahraga dan mengkonsumsi vitamin E dan C.  Peserta juga mengetahui bahan – bahan makanan yang meningkatkan kekebalan tubuh. Bahan makanan tersebut banyak tersedia disekitar kita misalnya jambu biji, labu kuning, ubi jalar dan harganya masih terjangkau.

 

 

Dari hasil penjelasan dr Edison Damanik terkait penyebaran dan pencegahan covid19 peserta memperoleh pemahaman yang baik dan mengetahui cara mengatasi penyebarannya melalui hal-hal yang sudah tersebut diatas. Dan harus lebih jeli dalam menyaring informasi, karena banyaknya informasi  saat ini yang membuat kita stress dan  daya tahan tubuh  menurun.   Diakhir acara masing – masing peserta mempraktekkan cara membuat desinfektan yang dapat digunakan dirumah. Bahan yang digunakan adalah 1 lt air, 2 sendok makan wipol, 4 sendok makan pembersih lantai ( so kiln, SOS dll ), campur semua bahan kedalam ember diaduk sampai rata, masukkan kedalam semprotan, siap untuk digunakan ke benda – benda mati  yang sering disentuh. (ES)

Sosialisasi UU.No 16 Tahun 2019 Pencegahan Perkawinan Anak

Pesada melakukan Sosialisasi UU.No 16 Tahun 2019 tentang Pencegahan Perkawinan Anak. Secara khusus dilakukan  di kabupaten Dairi,  desa  Lae Pinang, Sidiangkat, Jumantuang, Jumateguh, Silalahi,Pasi, Lae Naboru, Kalang Simbara dan Panji Dabutar. Kegiatan  ini di ikuti oleh orangtua  yaitu dampingan anggota CU  dan anak remaja yang berada di desa tersebut dimana issue ini merupakan salah satu penyumbang tingginya angka kematian Ibu dan anak

Fasilitator menyampaikan tujuan sosialisasi  sebagai berikut ;

  1. Supaya peserta mengetahui batas usia perkawinan.
  2. Peserta mengetahui perubahan UU usia perkawinan dari UU No. 1 tahun 1974 berubah UU No 16 tahun 2019.
  3. Orangtua mengetahui hak-hak anak dan kewajiban anak sesuai UU No 23 tahun 2002, dan UU No. 35 Tahun 2014
  4. Peserta mengetahui dampak perkawinan anak

Fasilitator juga menggali pendapat peserta apa dampak dari perkawinan anak yaitu :

Dampak bagi Ibu

  • Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi.
  • Kehilangan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi
  • Interaksi dengan lingkungan teman sebaya berkurang
  • Sempitnya peluang mendapat kesempatan kerja yang otomatis mengekalkan kemiskinan (status ekonomi keluarga rendah karena pendidikan yang minim
  • Mudahnya penyakit gejala kanker leher Rahim dan HIV/AIDS

Dampak bagi sang anak

  • Lahir dengan berat rendah, sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi
  • Cedera saat lahir
  • Komplikasi persalinan yang berdampak pada tingginya angka kematian.
  • Stunting

Dampak bagi keluarga yang akan dibina

  • Kekerasan terhadap isteri yang timbul karena tingkat berpikir yang belum matang bagi pasangan muda tersebut / KDRT
  • Kesulitan ekonomi dalam rumah tangga
  • Pengetahuan yang kurang akan lembaga perkawinan
  • Relasi (menjalin hubungan kembali) yang buruk dengan keluarga

Peserta aktif dan respon dengan sosialisasi UU No 16Tahun 2019 dengan menyampaikan berbagai kasus yang sudah terjadi yang sudah dialami  di desa tersebut seperti kehamilan tidak diingikan  dan bagaimana untuk penanganan kasus tersebut bagi korban, Peserta mengharapkan semoga tidak ada lagi ditemukan  perkawinan anak di desa mereka, hingga saat ini Pesada akan terus sosialisasi topik ini  ke desa lainnya yang jauh dari kota. (SES)

Perayaan Hari Anti Kekerasan Seksual

https://www.suaraaktual.co/read-12-7852-2020-02-15-anggap-kekerasan-seksual-aib-perempuan-pilih-diam-sebabkan-kasus-terus-meningkat.html

https://mimbarumum.co.id/kasus-kekerasan-seksual-anak-dan-perempuan-di-sumut-masih-tinggi/?fbclid=IwAR3g-yb_Sxe4unUFCvYZeGum5KJH2VSB1Qwha6vASdknj8_Ztq0-BRwuo84

https://sumut.idntimes.com/life/education/masdalena-napitupulu-1/tekan-kekerasan-seksual-anak-dan-perempuan-harus-bergandeng-tangan?utm_source=facebook&fbclid=IwAR2Nlk94tPy1GCDWjEnbWh-3Z1Og7LYjYmpK4puwjmCIZZ7BI9jHTy7el3A

 

Tim DFAT dan MAMPU Melakukan Kunjungan ke Pesada (Host Konsorsium PERMAMPU)

Pesada sebagai  hostnya Konsorsium PERMAMPU mendapat kesempatan  kunjungan tim dari DFAT (Department Of Foreign Affairs and Trade) kedutaaan Australia (Aeden Whyatt dan Bram Marolop) & MAMPU Jakarta (Fransisca) selama dua hari tanggal 11 – 12 Pebruari 2020. Yang menjadi agenda kunjungan di hari petama, diskusi terkait pengalaman Pesada dalam melakukan program OSS&L dan upaya membangun kerjasama dengan pemerintah daerah (Kab. Dairi dan Kab. Pakpak Bharat). Diskusi ini dilaksanakan  di ruang rapat Bupati Kabupaten Dairi. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak S.C.H Bancin (Assistant 2) mewakili Pemerintah Kab. Dairi. Peserta yang hadir  utusan dari FKPAR, FMS (Forum Multi Stakeholder), Perempuan Potensial (anggota DPRD Perempuan  Kab.Pakpak Bharat), Pengelola OSS&L, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Pengelolaan OSS&L dari Kabupaten Dairi & Pakpak Bharat  dengan jumlah peserta 24 orang (18 pr, 6 lk) .

Penjelasan awal pengalaman Pesada dalam memulai kerjasama dengan pemerintah mengenai layanan OSS&L disampikan oleh Dinta Solin (Direktur Eksekutif Pesada). Dan dalam kesempataan ini peserta juga aktif menyampaikan manfaat program yang sudah diterima dari Pesada dan perbaikan ke depan untuk ditindaklanjuti.  Keberhasilan program tidak terlepas kerja sama yang kuat dari Pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, masyarakat sipil dan NGO.

Adapun  yang menjadi point rekomendasi  :

  • Komitmen dari Kepala Puskesmas dan Staf pemegang program untuk penyelenggaraan OSS&L.
  • Mengelola benturan kepentingan antar program di internal Puskesmas untuk mencegah konflik antar program
  • Komitmen dan terobosan pengambilan kebijakan pengelolaan anggaran, baik dari BOK dan APBD.

Usai berdikusi dari kantor Bupati, kunjungan dilanjutkan ke kantor CU Pesada PEREMPUAN. Hal yang menjadi topik diskusi  pengalaman Pesada terkait mendirikan dan pencapaian CU, serta tantangan yang dihadapi oleh anggota CU dalam memperkuat ekonomi perempuan. Diskusi ini dihadiri Dewan Pimpinan, Dewan Pengawas, Manajer dan staf CU.

Hari kedua tim DFAT dan MAMPU didampingi  Direktur Eksekuti berkunjungan ke Sekretariat Pesada di Wilayah Kab. Humbang Hasundutan (Dolok Sanggul) untuk bertemu dan berdiskusi dengan Korwil dan Staf Lapangan, pengurus FMS (Forum Multi Stakeholder) dan perempuan potensial. Yang menjadi topik diskusi terkait cerita pengalaman penguatan kepemimpinan perempuan, upaya advokasi melalui FMS tentang kesehatan reproduksi dan ekonomi serta tantangan yang dihadapi di tingkat akar rumput. Dari hasil kujungan yang dilakukan selama dua hari  semoga terjalin kerjasama yang lebih baik ke depannya.

Siaran Pers Konsorsium PERMAMPU

Pada Peringatan Hari Pendidikan 2 Mei 2020

“Pentingya Pendidikan Kritis Untuk Perubahan Perilaku

Khususnya Saat Bencana Non Alam – Pandemi Covid 19 Merebak”

 

Ketika Pandemi Covid 19 merebak, berbagai istilah asing yang menimbulkan kebingungan bagi masyarakat telah menjadi salah satu tantangan untuk dapat mematuhi protocol kesehatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Hal ini secara langsung dirasakan oleh kelompok perempuan akar rumput dan komunitas di sekitarnya yang menjadi dampingan Permampu. Permampu adalah konsorsium dari 8 LSM Perempuan yang mengadvokasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Perempuan di 8 propinsi di pulau Sumatera. Dibutuhkan sosialisasi yang tidak hanya sekedar menjelaskan arti dari berbagai istilah asing mulai dari lock down, social stancing, physical stancing, epicenter, cluster, red zone, hand sanitizer, disinfectant; tetapi juga berbagai akronim yang membingungkan: ODP, PDP, OTG, dst; tetapi menyangkut cara mensosialisasikan yang membawa perubahan perilaku.

Demikian juga halnya dengan perempuan muda dampingan Permampu, serta anggota keluarga mereka. Ketidak siapan untuk belajar jarak jauh yang begitu tiba tiba, tantangan untuk belajar dari rumah; sangat diwarnai oleh masalah akses ke media belajar berupa HP, laptop,  jaringan internet yang lancar, suasana belajar di rumah, dan kesulitan untuk disiplin mengelola waktu belajar di rumah. Hal ini diperburuk oleh karena media belajar ini juga merupakan media untuk berkomunikasi, untuk pergaulan, dan sebagainya. Secara khusus perempuan memperoleh tantangan tersendiri, karena mereka sering lebih banyak melakukan tugas rumahtangga dari pada anak laki laki; sementara anak laki-laki lebih bebas keluar rumah,  bahkan tidak disiplin dalam mematuhi larangan berkumpul, menggunakan masker, jam malam, dll.

Untuk mengatasinya, Permampu melaksanakan pendidikan kritis yang merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Seumur Hidup (lifelong learning). Terdapat 4 pilar dalam pendidikan seumur hidup, yaitu: belajar untuk mengetahui dan menguasai sesuatu, melakukan atau menerapkan sesuatu, menjadi seseorang yang percaya diri dan mampu hidup bersama orang lain dengan harmonis[1]. Secara khusus keempat kemampuan ini harus didasari oleh kesadaran kritis yang bukan hafalan atau keyakinan buta semata.

Sehingga mulai April s/d Mei ini, sedang dilakukan pendidikan diskusi kritis untuk sekitar 800an kader, para pihak berkepentingan (stakeholder local) dan pengurus kelompok perempuan dampingan Permampu.  Pemahaman mereka dalam memahami seluk beluk virus corona menjadi dasar untuk masuk ke kesadaran baru mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bahasa yang mudah dipahami. Selama ini kebersihan dan kesehatan belum menjadi sebuah perilaku penting yang menjadi dasar membangun immunitas dan mengatasi segala bentuk wabah.

Pengetahuan ini membuat mereka berani dan percaya diri menyampaikan informasi mengenai seluk beluk Covid 19, jenis penularan dan cara pencegahannya di keluarga/rumah tangga dan komunitas dengan sederhana, menggunakan media-media yang resmi yang telah diadopsi untuk mudah dipahami komunitas local, serta terampil membantu upaya-upaya pencegahan penularan virus corona/covid 19; maupun menangani kasus-kasus yang diakibatkan oleh wabah tersebut.

Bahkan bukan hanya dampingan, tetapi untuk masyarakat di mana mereka hidup bersama. Sebagaimana terlihat di 8 wilayah dampingan di Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung dengan gerakan konkrit di komunitas yakni terlibat di gerakan desa, sebagai tim Gugus Tugas Desa dalam penanganan Covid-19. Juga membantu isolasi mandiri, membangun hotline rujukan, pengembangan usaha tanggap darurat kesehatan melalui pembuatan massal disinfektan, hand sanitizer, tempat cuci tangan dan kaki di luar rumah. Dibarengi dengan  pembuatan masker, menggiatkan pondok pangan/sembako serta aktif terlibat dalam pendataan, memverifikasi dan memantau agar bantuan untuk warga miskin yang terdampak Covid 19 tepat sasaran.  Seluruh kegiatan ini diprakarsai kelompok-kelompok perempuan dampingan Permampu.

 

Selain itu, pemimpin lokal desa, kecamatan, UPTD Kesehatan, kepolisian (tingkatan polsek) dan Danramil memberikan apresiasi dan merasa termotivasi untuk mereplikasi model edukasi yang dilakukan. Meski ada juga beberapa wilayah yang tidak diberikan izin untuk pelaksanaan pendidikan ini, sesuai dengan aturan setempat.

 

Hal penting lainnya adalah sampai hari ini belum diketahui kapan waktu wabah Covid 19 akan berakhir di Indonesia, mungkin masih akan sampai mungkin Juli bahkan akhir Desember 2020, yang tentunya akan berimplikasi pada ekonomi.  Untuk itu, di Hari Pendidikan ini, Konsorsium Permampu menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

 

  1. Menjembatani agar layanan kesehatan di Puskesmas (Immunisasi, akses ke pemeriksaan kehamilan, akses ke kontrasepsi, gizi/stunting), dan pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh para kader dan para pihak bisa terus berjalan dengan berbagai strategi sesuai protocol kesehatan,
  2. Mengaktifkan HOTLINE & diskusi kritis untuk pengaduan, dan merespons cepat soal-soal HKSR dan Kekekerasan Terhadap Perempuan, khususnya KDRT & Kekerasan seksual; termasuk melanjutkan pendidikan untuk anak dan keluarga mengenai HKSR di masa wabah Covid 19.
  3. Pengawalan data dan monitoring pelaksanaan  jaringan pengaman sosial yang tepat sasaran, serta menghimbau untuk konsisten mengutamakan mereka yang terdampak langsung, khususnya perempuan & kelompok miskin yang belum pernah mengakses berbagai bantuan sebelum wabah Covid 19. Di samping mendidik kelompok perempuan dan komunitas  untuk secara aktif mengembangkan usaha usaha mikro/kecil untuk penguatan ekonomi perempuan dan keluarga.
  4. Mengadvokasi peraturan dana desa dan kelurahan untuk menyesuaikan dengan kondisi masyarakat khususnya perempuan miskin di masa wabah Covid-19. Termasuk mendorong dipersiapkannya sistem untuk menjamin ketersediaan pangan khususnya untuk masyarakat miskin terkena dampak Covid-19.
  5. Agar di masa apapun yang terjadi di masa wabah Covid 19, tidak mengorbankan kepentingan perempuan muda, perempuan miskin maupun kelompok rentan lainnya. Khususnya akses pendidikan bagi anak perempuan dan perempuan muda di usia sekolah. Perkawinan di usia anak dan usia dini harus terus dihindarkan.

Konsorsium Permampu meyakini bahwa sosialisasi dalam bentuk Pendidikan dan Diskusi Kritis untuk akar rumput harus  tetap dilaksanakan dalam situasi bencana seperti Wabah Covid 19, untuk perempuan akar rumput, dan  untuk semua, di semua tempat.

 

Medan, 2 Mei 2020

Dina Lumbantobing

Koordinator Permampu.(0821 6466 6615)

 

Narahubung:

  1. Riswati (0811-6821-800) – Flower Aceh
  2. Dinta Solin (0812-9823-8224), Pesada – Sumut
  3. Endang Sulfiani (0812-9160-031), PPSW – Sumatera/Riau
  4. Ramadaniati (0813-6393-6566) LP2M – Sumbar
  5. Sualjimah (082282893106) , APM – Jambi
  6. Tini Rahayu (0852-2109-1654), Cahaya Perempuan WCC  – Bengkulu
  7. Yeni Roslaini (0821-7954-4594), WCC Palembang – SUMSEL
  8. Sely Fitriyani (0812-7828-1187), DAMAR – Lampung

 

[1] Delor dalam laporan UNESCO 1996 menyebut  empat pilar  pendidikan seumur hidup (lifelong learning)  yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.

 

Tim DFAT dan MAMPU Melakukan Kunjungan ke Pesada (Host Konsorsium PERMAMPU) Sebagai Lembaga Mitra MAMPU

 

Pesada sebagai  hostnya Konsorsium PERMAMPU mendapat kesempatan  kunjungan tim dari DFAT (Department Of Foreign Affairs and Trade) kedutaaan Australia (Aeden Whyatt dan Bram Marolop) & MAMPU Jakarta (Fransisca) selama dua hari tanggal 11 – 12 Pebruari 2020. Yang menjadi agenda kunjungan di hari petama, diskusi terkait pengalaman Pesada dalam melakukan program OSS&L dan upaya membangun kerjasama dengan pemerintah daerah (Kab. Dairi dan Kab. Pakpak Bharat). Diskusi ini dilaksanakan  di ruang rapat Bupati Kabupaten Dairi. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak S.C.H Bancin (Assistant 2) mewakili Pemerintah Kab. Dairi. Peserta yang hadir  utusan dari FKPAR, FMS (Forum Multi Stakeholder), Perempuan Potensial (anggota DPRD Perempuan  Kab.Pakpak Bharat), Pengelola OSS&L, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Pengelolaan OSS&L dari Kabupaten Dairi & Pakpak Bharat  dengan jumlah peserta 24 orang (18 pr, 6 lk) .

Penjelasan awal pengalaman Pesada dalam memulai kerjasama dengan pemerintah mengenai layanan OSS&L disampikan oleh Dinta Solin (Direktur Eksekutif Pesada). Dan dalam kesempataan ini peserta juga aktif menyampaikan manfaat program yang sudah diterima dari Pesada dan perbaikan ke depan untuk ditindaklanjuti.  Keberhasilan program tidak terlepas kerja sama yang kuat dari Pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, masyarakat sipil dan NGO.

Adapun  yang menjadi point rekomendasi  :

  • Komitmen dari Kepala Puskesmas dan Staf pemegang program untuk penyelenggaraan OSS&L.
  • Mengelola benturan kepentingan antar program di internal Puskesmas untuk mencegah konflik antar program
  • Komitmen dan terobosan pengambilan kebijakan pengelolaan anggaran, baik dari BOK dan APBD.

Usai berdikusi dari kantor Bupati, kunjungan dilanjutkan ke kantor CU Pesada PEREMPUAN. Hal yang menjadi topik diskusi  pengalaman Pesada terkait mendirikan dan pencapaian CU, serta tantangan yang dihadapi oleh anggota CU dalam memperkuat ekonomi perempuan. Diskusi ini dihadiri Dewan Pimpinan, Dewan Pengawas, Manajer dan staf CU.  Hari kedua tim DFAT, MAMPU didampingi  Direktur Eksekuti berkunjungan ke Sekretariat Pesada di Wilayah Kab. Humbang Hasundutan (Dolok Sanggul) untuk bertemu dan berdiskusi dengan Korwil dan Staf Lapangan, pengurus FMS (Forum Multi Stakeholder) dan perempuan potensial. Yang menjadi topik diskusi terkait cerita pengalaman penguatan kepemimpinan perempuan, upaya advokasi melalui FMS tentang kesehatan reproduksi dan ekonomi serta tantangan yang dihadapi di tingkat akar rumput. Dari hasil kujungan yang dilakukan selama dua hari  semoga terjalin kerjasama yang lebih baik ke depannya.

Kelompok Perempuan Dampingan Pesada Bertemu Dengan Anggota DPRD Perempuan Provinsi Sumut

Proses diskusi dengan DPRD Perempuan mengenai persoalan perempuan di kesehataan, Pendidikan, Kekerasan terhadap perempuan

Hari Kamis tanggal 12 Desember 2019 bertempat di ruang rapat komisi E kantor DPRD Provinsi Sumut, Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) bersama dengan kelompok perempuan yang merupakan perwakilan Suara Perempuan Untuk Keadilan (SPUK), Forum Komunitas Akar Rumput (FKPAR), pengelola Pusat Informasi dan layanan HKSR (OSS &L), dan perwakilan pengurus CUmelakukan audiensi dengan anggota legislatif perempuan Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan audiensi ini dihadiri oleh 8 orang peserta. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari audiensi ini yakni:

  1. Bersilaturahmi dengan anggota DPRD perempuan yang terpilih
  2. Perkenalan Pesada sebagai Organisasi MasyarakatSipil/ OMS dan program yang telah dilakukan untuk penguatan perempuan akar rumput dan pendampingan perempuan korban kekerasan
  3. Membangun sinergitas dan solidaritas sesame perempuan untuk memperjuangkan persoalan-persoalan perempuan di Sumatera Utara, khususnya di 14 Kabupaten wilayah dampingan PESADA.

Audiensi ini diterima oleh Ibu dr. Meriahta Sitepu, M.ars dan IbuTia Ayu Anggraini dari komisi E DPRD Provinsi Sumatera Utara. Dalam pemaparannya, Pesada menjelaskan mengenai program yang telah dilakukan selama ini untuk penguatan perempuan di akar rumput melalui pendampingan kelompok simpan pinjam perempuan/credit Union, diskusi kritis hak-hak perempuan, pendampingan perempuan korban kekerasan, advokasi kepemerintah untuk mendorong kepemimpinan perempuan dan memfasilitasi diskusi untuk perempuan di Birokrat (Femokrat).

Kaitannya dengan pencegahan perkawinan anak/dini, batasan usia menikah pasca dikeluarkannya UU No. 16 tahun 2019 tentang Perkawinan, Pesada menyampaikan agar dilaksanakan sosialisasi kepada masyarakat agar mengetahui tentang revisi batasan usia menikah yang tertuang dalam UU No. 16 tahun 2019 dan upaya yang dilakukan pemerintah daerah agar perkawinan anak/dini dapat dicegah.

Foto bersama dengan Anggota DPRD Perempuan Prov. SumutKomisi E setelah selesai beraudiensi.

Anggota Dewan perempuan memberikan apresiasi kepada kegiatan yang telah dilakukan oleh Pesada. Apabila kedepan ada persoalan mengenai perempuan yang mendesak maka dapat menginformasikan kepada DPRD Perempuan membantu mendesak pihak-pihak terkait terutama aparat penegak hukum untuk menangani persoalan tersebut hingga selesai. Kedepan apabila anggota dewan perempuan melakukan reses mereka juga berjanji akan melibatkan dampingan Pesada. Diharapkan  melalui audiensi ini terjalin silaturahmi dan memudahkan komunikasi. Perlu ada kerjasama yang baik antara masyarakat khususnya perempuan dengan anggota Dewan perempuan dalam memperjuangkan persoalan-persoalan perempuan, seperti Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi perempuan (HKSR), penanganan kasus KTP/KTAp yang cukup tinggi berdasarkan hasil pendampingan WCC Sinceritas Pesada. Untuk CU sebagai penguatan ekonomi perempuan, anggota DPRD meminta agar Pesada melakukan audiensi dengan DPRD Provinsi untuk mencari info tentang dana hibah dari Dinas Koperasi dan CSR dari perusahan BUMN maupun swasta untuk kegiatan perempuan di pedesaan.(Pipi&Berliana)

 

 

 

Pemilihan Desa Peduli Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Tahun 2019 Kabupaten Pakpak Bharat

Wilayah Pakpak Bharat  merupakan salah satu kabupaten yang termasuk menjadi fokus kegiatan Pesada melalui program pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dimulai sejak tahun 2015 bekerjasama dengan Konsorsium PERMAMPU.  Bentuk pendampingan yang dilakukan Pesada berupa diskusi bulanan  fokus di 5 desa/kelompok CU berkaitan dengan issue  HKSR. Selain diskusi, guna lebih mencapai sasaran di masyarakat dan desa, kegiatan kampaye menjadi strategi yang dilakukan oleh Pesada.

Pada tahun 2017 dan 2018 Pesada melakukan kampanye dan pemilihan Champion Keluarga Peduli HKSR yang dilakukan secara bertingkat dan partisipatif, dimulai dari tingkat desa, tingkat kabupaten dan bertemu di level propinsi.

Kampanye dan Pemilihan Champion Keluarga Peduli HKSR, membawa dampak yang cukup positif bagi keluarga, khususnya suami. Selama ini kurang peduli dengan masalah kesehatan seksual dan reproduksi, mulai terlibat dalam pemenuhan HKSR perempuan dan anak perempuan.  Proses yang dijalani dalam pemiihan Champion Keluarga Peduli HKSR secara tidak langsung semakin memperkuat pemahaman pasangan akan pentingnya kepedulian akan pemenuhan HKSR perempuan dan perempuan muda.

Tahun ini  2019, Pesada menyelenggarakan Kampanye dan Pemilihan Champions Desa Peduli Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) tingkat Kabupaten.  Harapan ke depan kegiatan Pemilihan Desa Peduli HKSR tingkat Kabupaten bisa dapat terintergrasi dengan program kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender di semua level pembangunan di desa dan di Kabupaten Pakpak Bharat.

FGD pemilihan desa peduli HKSR Jumat, 13  September 2019 di Desa Aornakan II

Tahap awal pemilihan desa peduli HKSR dilakukan di tingkat desa, adapun desa tersebut yaitu; desa Aornakan II Kec. Pergetteng Getteng Sengkut, desa Binanga Sittelu Kec. Tinada, desa Prongil Julu Kec. Tinada, desa Tinada Kec. Tinada dan desa Sukaramai Kec. Kerajaan. Penilaihan ditingkat desa dilakukan oleh Pesada dengan metode FGD (Forum Group Diskusi).

FGD pemilihan desa peduli HKSR Senin, 16 September 2019 di Desa Buluh Tellang.
FGD pemilihan desa peduli HKSR Senin, 16 September 2019 di Desa Prongil.
FGD pemilihan desa peduli HKSR Senin, 16 September 2019 di Desa Tinada.

Pemilihan tingkat kabupaten dilakukan pada tanggal 20 September 2019 bertempat di gedung Balenta – Traju.  Perwakian setiap desa yang diundang ; aparat desa, tokoh adat/agama, bidan/kader Posyandu desa, Pengurus CU dan suami anggota CU. Untuk tim penjurian dari Dinas Kesehatan (dr. Helmi Harianja), Dinas PMDP&PA (Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak) diwakilkan bidang Pemberdayan Perempuan dan Anak (drg. Nelly Suranta), dan Pesada.  Dari hasil penilaian melalui tanya jawab antara tim juri dan peserta desa yang menjadi Champions Desa Peduli Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) tahun 2019 tingkat Kabupaten Pakpak Bharat  nilai tertinggi diraih dari desa Sukaramai Kec. Kerajaan.

FGD pemilihan desa peduli HKSR Rabu, 18 September 2019 di Desa Sukaramai.

Desa yang menjadi champion nantinya akan diundang ketingkat propinsi bersama desa dari kabupaten lainnya.

Kegiatan ini nantinya ke depan bisa menjadi contoh bagi desa untuk dilakukan melalui alokasi dana desa bidang pemberdayaan masyarakat dan tingkat kabupaten menjadi program Dinas Kesehatan dan Dinas PMDP&PA kab. Pakpak Bharat. (MSP)

Kampanye & Pemilihan Champions Desa Peduli HKSR Tingkat Kabupaten Humbang Hasundutan – Kelompok Dampingan PESADA

Hari Selasa 17 September 2019 telah terlaksana kegiatan Kampanye & Pemilihan Champions Desa Peduli HKSR Tingkat Kabupaten Humbang Hasundutan bertempat di aula GKPI. Kegiatan ini dihadiri oleh 41 peserta (pr.32 Lk. 9) yang berasal dari perwakilan 5 desa yang masuk program HKSR.
Hadir dalam kegiatan ini narasumber Ibu Restu dari Dinas Kesehatan yang berbicara mengenai “Pemenuhan Gizi sesuai dengan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) untuk mencegah Stunting’ dan dari Pesada berbicara mengenai Hak Reproduksi dan Hak Seksual sesuai ICPD 1990.


Adapun yang menjadi juri dalam pemilihan champions Desa Peduli HKSR ini berasal dari Dinas Kesehatan, Dinas PMDP2A, dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Dari hasil pemilihan Champions Desa Peduli HKSR ini yang terpilih menjadi juara di tingkat Kabupaten sebagai berikut:
Juara I : Desa Purba Dolok
Juara II: Desa Pakkat
Juara III: Desa Sion Julu
Harapan I: Desa Purba Manalu
Harapan II : Desa Pasaribu


Semoga dengan pelaksanaan kegiatan ini, desa diharapkan akan lebih peduli dan sensitive terhadap persoalan kesehatan seksual dan reproduksi masyarakat khususnya perempuan dan anak perempuan, dan memastikan adanya keterwakilan perempuan dalam rapat desa dan pengambilan keputusan.(BP)