Tulisan
Diskusi Terpumpun (DKT) Penguatan Karakter Bersama Ekosistem Pendidikan
Tim PUSPEKA (Pusat Pendidikan Karakter) Kemendikbudristek RI menyelenggarakan kegiatan Diskusi Terpumpun (DKT) bertujuan untuk menyosialisasikan materi terkait ; Profil Pelajar Pancasila, Penuntasan 3 Dosa Besar pendidikan (perundungan, kekerasan seksual, intoleransi), serta Inklusivitas dan Kebinekaan; Penyebarluasan Konten Penguatan Karakter Pusat Penguatan Karakter serta ; Meningkatkan keterlibatan aktif pemangku kepentingan dalam penguatan karakter melalui Portal Praktik Baik Liga Kampanye Penguatan Karakter. Acara ini dihadiri oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Aceh, Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau dan beberapa Organisasi Mitra di Medan (PESADA, PKPA, Hapsari, LBH APIK, Sumatra Mengajar, IGTK, PSGPA, dan lain-lain). Dan dari PESADA sendiri diwakili oleh King Ronald Silalahi. Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 10 – 12 April 2022 bertempat di Hotel Grand Mercure, Medan.
Dalam acara tersebut disosialisasikan upaya penguatan karakter insan pendidikan yang bercirikan Profil Pelajar Pancasila untuk mewujudkan generasi cerdas dan berkarakter. Tidak berhenti di situ saja, Pemerintah pun menyadari dan ingin menghentikan “dosa pendidikan” berupa intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual di sekolah formal.
Dalam Peraturan Mendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, pemerintah ingin melakukan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dalam pelaksanaannya penguatan karakter dilakukan melalui gerakan :
- Perilaku Pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,
- Menghapus “ dosa pendidikan” berupa intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual;
- Inklusivitas dan Kebhinekaan.
Sejak tahun 2020 PUSPEKA telah meluncurkan gerakan ini agar pemerintah daerah maupun satuan pendidikan di Indonesia dapat mengembangkan kebijakan, program dan rencana berkelanjutan dalam mengimplementasikan ketiga gerakan penguatan karakter tersebut.
Diskusi ini menghadirkan tiga panelis dari Tim PUSPEKA yang membahas tentang:
- Toleransi & Komitmen Kebangsaaan (Achmad Zayadi-Tim Tenaga Ahli SKM, Kemendikbudristek)
Diskusi menekannya pentingnya revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal untuk meneguhkan/merayakan toleransi ke ddalam pembelajaran dan pembiasaan perilaku anak didik.
- Penanganan bullying/perundungan (Ian Simarmata – PiC Program Anti Perundungan, Kemendikbudristek RI).
Perundungan merupakan perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok ke orang atau kelompok lain baik secara verbal, sosial/relasional, fisik, dan daring. Data memperkirakan 41 % pelajar berusia 15 tahun mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam sebulan.[1] Lebih lanjut KPAI menemukan 87.6% anak mengalami perundungan dimana 29.9% bullying dilakukan oleh guru, 70.1% dilakukan oleh teman sekelas dan teman lain kelas. Kemendibudristek menegmbangkan “Program Roots” sebuah pilot project PUSPEKA yang merupakan program kampanye anti perundungan yang melibatkan ekosistem pendidikan.
- Pencegahan kekerasan seksual (Irene-PiC Kekerasan Seksual, Kemendikbudristek)
Menjelaskan tentang Peraturan Mendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Tinggi
Ketiga panelist mensosialisasikan media sosial PUSPEKA yang dapat dijadikan media penyadaran maupun kampanye publik tentang penguatan karakter di satuan pendidikan yang tedapat dalam https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/sahabatkarakter.
Organisasi mitra (LSM, lembaga studi pendidikan tinggi, dan lain-lain), mengindetifikasi peran-peran organisasi mitra, program yang relevan untuk penguatan karakter serta memberikan masukan bagi media sosial yang dikembangkan oleh Tim PUSPEKA dalam berbagai media video, flyer, blog, youtube, Instagram). Salah satu masukan organisasi mitra yang disampaikan pada saat diskusi adalah mengharapkan Dinas Pendidikan dan satuan pendidikan terbuka untuk bekerjasama dengan organisasi mitra atau forum multistakholder untuk mendorong terbitnya kebijakan daerah untuk gerakan penguatan karakter. Selain itu juga organisasi mitra adanya alternatif program & pendanaan yang memungkin organisasi mitra yang kompeten untuk turut memeperluas gerakan penguatan karakter bagi orang tua dan masyarakat.
Relevansi PESADA dalam Gerakan Penguatan Karakter
PESADA sebagai organisasi yang memperjuangkan hak Perempuan Korban Kekerasan sejak lama telah menyuarakan keprihatian terhadap kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah melalui pendampingan korban di WCC Sinceritas, menerbitkan Buku Pegangan Guru Pengintegrasian Gender & Kesehatan Reproduksi bagi Guru Pra Sekolah dan Pendidikan Dasar. PESADA dapat memanfaatkan peluang gerakan penguatan karakter khususnya issu penghapusan kekerasan seksual dan kampanye inklusif di lingkungan pendidikan. Hal ini sejalan dengan visi untuk penghapusan kekerasan seksual dan perkawinan anak serta membangun kepemimpinan feminis melawan fundamentalisme.
Apabila masyarakat ekosistem pendidikan mengetahui atau mengalami kekerasan “dosa pendidikan” dapat melaporkannya ke link ://kemdikbud.lapor.go.id/ atau mengirim surel ke pengaduan@kemdikbud.go.id atau mengontak pusat panggilan di nomor 177. (KRS/MP)
[1] PISA (Program Penilaian Pelajar Internasional) tahun 2018)