Perayaan 16 Hari Aktivisme Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan PERMAMPU Soroti “Kekerasan Digital serta Kerentanan Perempuan saat Bencana” Banda Aceh & Hybrid 10 Provinsi, 5 Desember 2025

Tahun ini, tema internasional PBB “UNiTE to End Digital Violence against All Women and Girls” menjadi pengingat bahwa ruang digital masih jauh dari aman bagi perempuan dan kelompok rentan, sementara akses internet yang tidak diikuti literasi digital di Indonesia terus meningkat.

Oleh karenanya, lonjakan kekerasan digital terhadap perempuan dan anak perempuan, khususnya di area bencana menjadi perhatian dalam peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan yang digelar Konsorsium PERMAMPU bersama Flower Aceh di Banda Aceh, Kamis (4/12/2025).

Acara yang berlangsung secara hybrid ini terhubung dengan jaringan dampingan di sepuluh provinsi di Sumatera dalam rangka kampanye global 16 Hari Aktivisme, yaitu: Aceh, SUMUT, Riau, SUMBAR, Jambi, Bengkulu, SUMSEL, Lampung dan Babel.

Kegiatan ini juga menghadirkan Dr. Khairani Arifin dari Dewan Pengurus PERMAMPU yang memaparkan perjalanan panjang advokasi hukum, mulai dari ratifikasi CEDAW hingga lahirnya UU TPKS dan revisi UU ITE. Dan menekankan pentingnya mempelajari betul pasal2 UU TPKS dan ITE untuk mencegah dan menangani Kekerasan Seksual dan Kekerasan Digital.

Sementara itu, Lili Karliani, pendamping keamanan digital dan perempuan pembela HAM, menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan digital yang kian kompleks beserta strategi keamanan digital sehari-hari. Berbagai kasus yang dikonsultasikan oleh peserta direspons dengan memberi pendalaman mengenai pencegahan maupun pelaporan kasus.

Riswati, Direktur Flower Aceh mengingatkan kembali berbagai kebijakan yang mengatur agar perempuan memperoleh perlindungan khusus dalam masa kebencanaan, sejak mitigasi, perencanaan dan respons sampai rehabilitasi.
Dampak Bencana dan Kerentanan Perempuan
Secara khusus, Koordinator PERMAMPU, Dina Lumbantobing, menyampaikan bahwa delapan organisasi anggota konsorsium itu mengeluarkan pernyataan solidaritas dan himbauan mengenai kerentanan permepuan dan kelompok marginal di situasi bencana yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sebanyak 1.385 anggota dampingan PERMAMPU terdampak banjir, terdiri dari 733 perempuan dewasa, 134 lansia perempuan, dan 518 anak.

“Sebanyak tujuh perempuan dampingan meninggal. Satu ibu hamil dan dua ibu menyusui berada di wilayah yang terdampak berat. Kondisi lapangan menunjukkan betapa rentannya perempuan dalam situasi krisis, belum terhitung jumlah lansia dan disabilitas yang belum diperoleh datanya” ujarnya.

Laporan dari jaringan anggota menyebutkan berbagai persoalan yang muncul di lokasi banjir: air belum surut, rumah dan ladang rusak, dokumen penting hilang, serta keterbatasan bantuan di daerah yang terisolasi akibat akses jalan terputus. Kebutuhan air dan pangan yang merupakan kebutuhan dasar serta kebutuhan khusus perempuan yang berhubungan dengan peran dan alat reproduksi menjadi sorotan khusus dalam perayaan ini.

Kelangkaan BBM turut menghambat distribusi logistik. Di sejumlah wilayah, harga kebutuhan pokok melonjak tajam, termasuk telur yang menembus Rp200.000–Rp300.000 per papan. Selain kesulitan keuangan, ketersediaan bahan makanan pokok menjadi persoalan yang memburuk dari hari ke hari. Begitu juga jaringan internet dan aliran Listrik yang terputus di banyak titik, menyulitkan evakuasi, pendataan mandiri, hingga pelacakan keberadaan pengungsi.

PERMAMPU mencatat beberapa risiko tambahan yang dialami perempuan selama bencana. Di Aceh, seorang perempuan menjadi korban perkosaan saat menumpang truk untuk menyelamatkan diri dari banjir. Di Aceh Tamiang, seorang ibu pasca melahirkan mengalami gangguan kesehatan karena sulit mengakses air bersih dan layanan kesehatan. Seorang perempuan pekerja yang bermaksud pulang kampung untuk membawa uang hasil kerja dan membagikannya ke masjid dan yang membutuhkan, menghabiskan sebagian besar uangnya yang terkuras membayar seluruh kebutuhan dengan biaya yang luar biasa di sepanjang perjalanan mulai dari biaya menumpang mobil, makan di perjalanan, BBM dan kebutuhan lainnya. Kelangkaan bahan makanan turut memicu potensi bahkan aksi penjarahan di sejumlah tempat. Beberapa CO dan staf lapang bahkan pendiri Flower Aceh hilang kontak sampai saat ini.

Di SUMUT, Dua staf lapang perempuan yang hilang kontak terhubung ke PESADA setelah 1 terjebak di pengungsian di langkat selama 3 hari, dan 1 staff Tapteng berjalan selama 3 hari dari perjalanan Sibolga menuju Tarutung. Ttim respons cepat dengan kesulitan yang luar biasa berhasil menjangkau wilayah dampingan di TAPTENG dan membuka posko pangan dan kebutuhan lainnya, serta mengeluarkan dana darurat yang berasal dari crowd fund regular di CU maupun di PESADA yang sedang/akan didistribusikan dalam bentuk cash maupun natura sesuai kebutuhan perempuan marginal dan rentan.

Di Sumatera Barat, LP2M bersama wali nagari menyalurkan bahan makanan selama lima hari bagi kelompok rentan. Jaringan Credit Union di Padang melakukan pendataan bayi, lansia, dan perempuan untuk memastikan ketepatan distribusi pangan.

Ketiga anggota PERMAMPU di tiga provinsi tersebut berupaya untuk memperoleh dan melakukan pendataan terpilah, penggalangan dana internal dan eksternal, membuka layanan aduan kekerasan di lokasi pengungsian, dan mendistribusikan bantuan darurat.

PERMAMPU menilai regulasi sebenarnya telah mengatur perlindungan kelompok rentan mulai dari UU Penanggulangan Bencana hingga peraturan BNPB tentang kebutuhan dasar perempuan dan anak. Namun, pengalaman pendampingan menunjukkan masih banyak masalah dalam pelaksanaan, a.l.:
Akses layanan dasar tidak merata, sanitasi kerap tidak terpisah, ruang laktasi minim, layanan kesehatan reproduksi terbatas, dan dukungan psikososial bagi anak belum tersedia memadai.
Hilangnya dokumen kependudukan menghambat akses bantuan, sementara lansia, perempuan, dan penyandang disabilitas menghadapi hambatan mobilitas saat evakuasi.
Partisipasi perempuan dalam struktur komando penanganan bencana pun masih rendah, sementara kapasitas tenaga respon tidak sebanding dengan luas wilayah terdampak dan konektivitas yang terputus.
Rekomendasi untuk Pemerintah
Menjawab persoalan tersebut, PERMAMPU mendorong sejumlah langkah perbaikan, antara lain:
• Integrasi perspektif gender, anak, dan disabilitas dalam seluruh dokumen kebencanaan sbb.:
1. Penggunaan data terpilah sebagai dasar distribusi bantuan.
2. Penyediaan bantuan sesuai kebutuhan khusus: pembalut, diapers, kursi roda, dan obat kronis.
3. Pelatihan petugas terkait penanganan kekerasan berbasis gender dan perlindungan anak dalam bencana.
4. Pelibatan komunitas rentan dalam forum pengurangan risiko bencana.
5. Perencanaan dan pelaksanaan Evakuasi inklusif dengan transportasi khusus bagi lansia dan penyandang disabilitas.
6. Informasi bencana dalam format mudah diakses, termasuk bahasa isyarat dan audio.
• Pencegahan kekerasan termasuk kekerasan digital melalui:
1. Ruang Aman ataupun Ruang Ramah Perempuan dan Anak (RRPA).
2. Ruang dan nomor khusus pengaduan Kekerasan terhadap perempuan & anak.
3. Pembangunan shelter aman dan inklusif dengan toilet terpisah dan penerangan memadai.
4. Layanan psikososial dan pendidikan darurat.
Dalam perayaan ini secara khusus juga disampaikan kutipan himbauan dan desakan dari narasumber maupun Koordinator PERMAMPU: “Kekerasan digital bergerak cepat, berdampak luas, dan sering tidak disadari sebagai pelanggaran hak. Perempuan dan keluarga perlu memiliki kewaspadaan serta kemampuan melindungi diri,” ujar Direktur Flower Aceh,Riswati . “Situasi perempuan dan kelompok rentan tidak boleh diabaikan. Perlindungan mereka harus menjadi prioritas dalam setiap tahap penanggulangan dan bahwa peningkatan literasi digital menjadi kebutuhan mendesak.,” ujar Dina.

Selamat merayakan 16 hari Aktivisme Penghapusan Kekerasan terhap Perempuan.

Banda Aceh, 5 Desember 2025
Riswati – Direktur Flower Aceh (No. 081360711800)
Sartika Sianipar – Direktur PESADA SUMUT (081397646844)
Felmiyetti – Direktur LP2m SUMBAR (081266244843)
Dina Lumbantobing – Koordinator Konsorsium PERMAMPU (082164666615)

35 Tahun PESADA : Mengakar, Menguat dan Berbagi


Perayaan ulang tahun PESADA ke 35 dilaksanakan pada tanggal 30-31 Oktober 2025 di Sidikalang, Dairi dengan tema “Mengakar, Menguat dan Berbagi Refleksi Perjalanan PESADA menuju Lustrum ke 8”. Acara perayaan berlangsung selama dua hari yang digunakan untuk mempelajari dan meluncurkan 3 tulisan tentang pengalaman kepemimpinan perempuan yang kurang dikenal dan keluarnya statement PESADA yang bersumber dari pengalaman 35 tahun, serta posisi politik PESADA ke depan yang merespon issu terkini maupun prediksi 5 tahun ke depan. Di balik rangkaian perayaan, tersimpan cerita panjang tentang bagaimana PESADA tumbuh, mengakar, dan memberi dampak selama 35 tahun.
Langkah pertama dimulai dari Desa Tinada melalui program Taman Bina Asuh Anak (TBAA) Di desa yang lama terjebak dalam pola pikir pasrah, TBAA menjadi pintu masuk membangun kembali kepercayaan diri warga.
Melalui kegiatan menabung, beternak ayam, berdiskusi, dan belajar bersama, perempuan mulai berkumpul, bersuara, dan berjejaring. Dari sinilah tumbuh kesadaran baru bahwa kemiskinan dan ketidakadilan bukanlah nasib, melainkan struktur yang harus diubah.
TBAA bukan hanya melahirkan kegiatan, melainkan harapan, organisasi, dan keberanian.
Hasil pendampingan menunjukkan akar persoalan masyarakat : ketidakadilan ekonomi dan gender. Karena itu, sejak 1992-1993, PESADA memfokuskan diri pada penguatan perempuan melalui : Credit Union (CU), Pendidikan kritis, dan Penguatan ekonomi keluarga. Dimulai dari CU Melati di Tinada, CU tumbuh menjadi ruang pendidikan ekonomi, kepemimpinan, dan kesadaran gender. Melalui simpan-pinjam yang dikelola sendiri, perempuan belajar mengambil keputusan, mengelola uang, dan menentukan arah hidupnya.

Tahun 2004, gempa dan tsunami menghantam Aceh dan Nias. Ketika banyak lembaga fokus ke Aceh, PESADA memilih bergerak ke Nias, membuka kantor di Gunung Sitoli dan mendirikan posko “Sinceritas”. Hingga akhir tahun 2005, lebih dari 2.000 warga menerima bantuan darurat. Bantuan kemanusiaan berubah menjadi gerakan kesadaran dan kemandirian. Maka, pendekatan kembali diarahkan pada penguatan perempuan. Tahun yang sama, PESADA memfasilitasi berdirinya 8 CU di Nias, dan melanjutkannya dengan program pendidikan dan kesehatan perempuan pada 2006.
Situasi politik Indonesia pada 1990-an masih represif, namun CU dan diskusi-diskusi perempuan menjadi ruang aman untuk belajar politik warga. Perempuan Pakpak yang dulu tak pernah diajak rapat desa, kini mulai berbicara, memahami hak, dan berani menyatakan pendapat. PESADA lalu mengembangkan pendidikan politik perempuan, terutama pada masa transisi reformasi dan pasca-krisis ekonomi. Gerakan ini membuka jalan bagi lahirnya pemimpin perempuan di ruang publik, desa, adat, gereja, dan politik lokal. Di tahun ke-13, YSA berubah menjadi Perkumpulan PESADA agar lebih: Demokratis, Transparan, Independen, dan Partisipatif. Kini, PESADA berjejaring di Sumatera Utara, berkantor di Sidikalang, Medan, dan Nias, dengan divisi-divisi seperti Advokasi, WCC, CU, dan Penguatan Kapasitas.

PESADA menegaskan diri sebagai gerakan feminis yang humanis bukan melawan laki-laki, bukan anti-pemerintah tetapi menolak ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan, fundamentalisme, oligarki, dan sistem sosial yang meminggirkan perempuan.
Tiga puluh lima tahun telah berlalu. Dari desa kecil di Pakpak hingga jaringan perempuan di berbagai wilayah Sumatera Utara. Darı TBAA, ke CU, ke advokasi, hingga gerakan politik perempuan. PESADA tetap berjalan dengan semangat yang sama. Ketulusan, Kesederhanaan, dan keberanian untuk melawan ketidakadilan.
Perjuangan belum selesai. Tetapi selama perempuan masih bersuara, saling menggandeng tangan, dan saling menguatkan, perubahan akan terus menemukan jalannya.

Menuju Keluarga Pembaharu

Kursus Penyadaran Gender ( KPG) untuk Suami merupakan salah satu program PESADA yang bertujuan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dalam kehidupan sehari-hari para perempuan, laki-laki sangat berpengaruh. Ketika diskusi tentang bentuk-bentuk ketidakadilan gender di kelompok perempuan, maka secara spontan para perempuan akan menyatakan betapa pentingnya para suami mereka juga mendapat pendidikan ini.

Kali ini, kami melakukan Kursus Penyadaran Gender untuk Suami di salah satu unit dampingan KESADANTA, yaitu Unit Soripada yang berada di Dusun Sitonggi- tonggi, Desa Lintong Nihuta , Kec. Ronggur Nihuta, Kab. Samosir.

Adapun tujuan dari KPG Suami Anggota CU ini adalah :
1.Peserta menyadari perbedaan antara Perempuan dan Laki- laki secara Gender & Kodrat.
2.Peserta menyadari 5 ( lima) bentuk- bentuk ketidakadilan gender yang sering dialami oleh Perempuan.
3.Peserta mengetahui produk hukum yang telah dikeluarkan Pemerintah untuk penghapusan segala bentuk ketidakadilan gender.

Dalam diskusi yang berlangsung selama 4 jam ini, peserta sangat aktif dan antusias dalam memberikan pandangan, pertanyaan dan respon atas pertanyaan fasilitator. Ada 34 peserta yang terdiri dari 9 perempuan anggota CU yang hadir secara sukarela dan 25 laki-laki yang merupakan suami anggota CU. Kepala Desa Lintong Nihuta secara khusus menyampaikan sangat senang mengikuti diskusi dan melihat betapa para peserta yang antusias dan suasana seperti ini jarang diperoleh ketika ada kegiatan yang diselenggarakan Desa.

Diskusi yang paling menarik dan membutuhkan waktu yang cukup lama ketika membahas tentang peluang perempuan menjadi Raja Parhata, sebuah posisi yang kemungkinan akan bisa menjadi profesi yang selama ini merupakan dunianya laki-laki. Peserta beranggapan bahwa hal tersebut merupakan kearifan lokal halak Batak khususnya Samosir yang harus dihormati. Argumen diperkuat dengan mengatakan tidak ada Perempuan yang disebut Raja, yang ada adalah Ratu/Permaisuri. Ketika ditanya apakah semua laki-laki bisa jadi Raja Parhata? Respon, tidak juga, karena itu membutuhkan ketrampilan dan keberanian dalam berkomunikasi di depan publik. Dapat disimpulkan, bahwa menjadi Raja Parhata sebenarnya bukan persoalan perbedaan jenis kelamin, tetapi hal tersebut terkait dengan pemahaman tentang adat dan ketrampilan berkomunikasi di depan publik. Dan tentu saja peluang ini bisa saja diraih perempuan di kemudian hari, karena di daerah lain, sudah ada 1 per satu perempuan yang muncul menjadi Raja Parhata.

Berikutnya, ketika pembahasan tentang kepemilikan tanah, masyarakat mengungkapkan mereka tidak melakukan diskriminasi dalam pembagian tanah, tetapi pemilikan tanah di desa ini masih komunal. Tidak ada tanah yang bisa diperjualbelikan di desa ini, hanya bisa dimanfaatkan, baik anak laki-laki dan perempuan. Tanah di desa ini masih menjadi tanah adat, yang merupakan milik marga Simbolon. Tidak ada rencana membagi dan membuat akte kepemilikan tanah, dengan harapan tanah mereka tidak diperjualbelikan dan akhirnya habis. Hal ini tentu saja menjadi hal yang menarik mengingat mereka berada di daerah Indonesia yang mengakui hukum Negara lebih tinggi dari hukum adat.

Diskusi diakhiri dengan merumuskan tindak lanjut yang bisa dilaksanakan mulai dari tingkat individu, di keluarga, seperti pembagian peran yang adil antara perempuan dan laki-laki, pemerian kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki, pendidikan penghargaan tubuh sejak dini, dan mulai membangun komunikasi yang terbuka dalam keluarga.

Peserta juga menyampaikan keinginannya agar diskusi jangan berhenti sampai di sini, tetapi dilanjutkan dengan memfasilitasi diskusi dengan peserta suami istiri, sehingga bisa mengkomunikasikan dan membangun perspektif yang sama tentang keadilan dan kesetaraan gender. Mereka berharap, keluarga di Sitonggi-tonggi akan menjadi Keluarga Pembaharu yang memiliki nilai-nilai baru, keluarga tanpa kekerasan terhadap perempuan.

Konsorsium PERMAMPU bersama Kelompok Perempuan di Sumatera Merayakan Hari Kesehatan Seksual 2025

Hari Kesehatan Seksual Sedunia setiap tahunnya diperingati setiap tanggal 04 September. Tahun tema dari lembaga internasional dalam perayaan HKS yaitu “Keadilan Seksual: Apa yang Dapat Kita Lakukan?”. Tema ini diterjemahkan oleh PERMAMPU dengan melihat situasi nyata yang diamati di wilayah dampingan dan memilih judul: “Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Seksual Perempuan Marginal”; di mana akibat dari perubahan iklim berdampak berbeda terhadap perempuan dan laki-laki, khususnya secara seksual dan hak-hak seksual perempuan marginal a.l di perdesaan, perempuan miskin, perempuan lansia, permepuan muda, perempuan minoritas dan lainnya. Secara khusus melihat berbagai bentuk pelanggaran hak seksual/ketubuhan perempuan yang tidak terpisah dari pikiran dan perasaannya sebagai perempuan dengan berbagai perannya mulai dari keluarga sampai ke ranah publik.
Konsorsium PERMAMPU menyambut Hari Kesehatan Seksual tersebut di 29 September 2025 yang dilaksanakan secara hybrid bersama anggota lembaga dan calon mitra PERMAMPU yang tersebar pulau Sumatera yaitu: Flower Aceh, PESADA-Sumatera Utara, PPSW Riau, LP2M-Sumatera Barat, Aliansi Perempuan Mandiri/APM – Jambi, Cahaya Perempuan WCC-Bengkulu, WCC Palembang-Sumatera Selatan dan calon mitra Yayasan Embun Pelangi/YEP – Kepulauan Riau, serta Sang Puan Indonesia/SPI – Bangka Belitung yang dilakukan offline di Palembang dan hybrid di 8 provinsi di Pulau Sumatera. Perayaan tahun ini melibatkan 152 perempuan akar rumput dan 11 laki-laki pemangku kepentingan yang terdiri dari 34 pengurus Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput.FKPAR, 26 perwakilan Forum Permepuan Muda/ FPM, 36 Pengurus Credit Union/CU, 15 Forum Multi Stakeholder/FMS, 14 Femokrat/Perempuan Birokrat aliansi PEREMPUAN, 26 perwakilan Keluarga Pembaharu, 7 Kader OSS&L/Pusat layanan & Pembelajaran HKSR Perempuan, 3 lansia, 2 perempuan disabilitas dari 27 Kabupaten dampingan PERMAMPU di pulau Sumatera.
Acara dimulai dengan pengantar dari Dina Lumbantobing sebagai Koordinator PERMAMPU yang menekankan pentingnya pemahaman bersama mengenai apa itu Perubahan Iklim sebagaimana yang telah dialami dalam keseharian maupun mendengar di media, serta apa saja yang dialami oleh perempuan sebagai akibatnya, baik kepada Kesehatan tubuh & mental perempuan, kondisi keluarga, ekonomi dan penghidupan perempuan, beban kerja & pikiran perempuan, serta kepada berbagai masalah yang mungkin tidak disadari sebagai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perempuan.
Untuk itu, PERMAMPU dibantu oleh ahli perubahan iklim, yaitu Dr. Dian Afrianie seorang peneliti dan praktisi sekaligus co-founder LOKAHITA yang telah berpengalaman selama 20 tahun dalam upaya pengurangan resiko perubahan bencana, perubahan iklim dan perencanaan Pembangunanupaya mitigasi bencana. Dr.Dian menyampaikan dampak dari perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, cuaca ekstrim & kelangkaan sumber pangan, surutnya air laut ataupun naiknya permukaan air laut yang sangat berdampak pada perempuan marginal yang selama ini belum terpenuhi hak-haknya tetapi kemudian diperparah oleh terjadinya perubahan iklim. Sementara perempuan terkena dampak dari perubahan iklim tidak dilibatkan dalam solusi perubahan iklim. Dr. Dian juga memberi contoh bagaimana banjir akibat dari perubahan iklim, berdampak ke perempuan dan anak-anak dengan beban rumahtangga berlapis, baik pekerjaan-pekerjaan perawatan seperti membersihkan rumah dari lumpur yang masuk, anak-anak (khususnya anak perempuan) harus mencari air bersih ke tempat yang jauh karena tidak adanya akses air bersih didekat tempat tinggal yang sangat beresiko untuk mengalami kekerasan seksual maupun Kesehatan fisiknya. Dampak dari perubahan iklim yang dirasakan oleh kelompok marginal sangatlah kompleks, karena hanya karena kekurangan air bersih potensial menimbulkan efek domino ke berbagai bentuk masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Mengakhiri presentasinya, Dr.Dian memberi contoh pelaksanaan adaptasi terhadap terjadinya perubahan iklim antara lain:
● Pelatihan keterampilan untuk diversifikasi pendapatan yang relative tidak tergantung kepada iklim
● Pendampingan untuk pengolahaan pangan lokal dan/atau produk herbal bagi kesehatan seksual dan reproduksi
● Pertanian cerdas iklim a.l.: teknik tumpang sari, pertanian organik, perpaduan di antaranya untuk pertanian dan peternakan
● Pengelolaan sampah atau bank sampah
● Penguatan kapasitas perempuan untuk mengakses modal, pasar dan teknologi pengelolaan pangan yang tepat guna.
Secara khusus Dr. Dian mendorong seluruh peserta untuk hidup cerdas iklim di rumah dengan hemat air, hemat listrik, belanja produk lokal, pengomposan, menggunakan resep makanan lokal, mengurangi limbah pangan dari dapur, berkebun sayur dan memelihara ikan.
Masukan ini direspons dengan antusias dalam acara tanya jawab, seperti respons perwakilan perempuan disabilitas dari PPSW Riau menyampaikan dampak perubahan iklim dan pembakaran hutan yang sering terjadi di wilayahnya. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi tersebut menimbulkan dampak serius, termasuk meningkatnya kasus anak-anak yang lahir dengan disabilitas intelektual dan mental pada ibu hamil yang terdampak. Juga respons dari wilayah lain yang telah memulai bank sampah dan pembuatan embung.
Dalam diskusi per wilayah untuk pendalaman perwakilan peserta menyampaikan berbagai hal, a.l:
● Kekeringan akibat cuaca ekstrem menyebabkan keterbatasan air bersih untuk kebutuhan sanitasi, yang berdampak langsung pada kebersihan organ reproduksi perempuan.
● Perubahan iklim mempengaruhi kualitas dan kuantitas panen pertanian maupun peternakan yang menimbulkan menurunnya pendapatan dan secara tidak langsung mempengaruhi ketegangan yang mengarah ke KDRT.
● Kemarau berkepanjangan juga memicu stres yang memengaruhi kesehatan mental sekaligus siklus menstruasi perempuan.
● Anak-anak perempuan & perempuan remaja turut merasakan beban ganda karena dipaksa mencari air bersih yang sulit dijangkau, sehingga meningkatkan risiko terpapar KDRT maupun kerentanan atas kekerasan lainnya.

Di akhir perayaan, Konsorsium PERMAMPU berkomitmen untuk mendalami lebih lanjut bentuk-bentuk perubahan iklim yang secara signifikan berdampak kepada Kesehatan Seksual dan Reproduksi perempuan di seluruh wilayah dampingan dan bersama melakukan upaya adaptasi bahkan upaya yang dapat mengurangi kerentanan perempuan sebagai akibat dari perubahan iklim tersebut. Diharapkan seluruh pihak khususnya Pemerintah memberi perhatian khusus atas akibat berbeda dari Perubahan Iklim yang dialami perempuan marginal.
PERMAMPU berkeyakinan bahwa Keadilan dan Kesetaraan Gender akan tercapai bila Keadilan Iklim berupa pemenuhan hak perempuan khususnya perempuan marginal atas perlindungan dan penguatan perempuan yang inklusif diperhatikan dan dipenuhi dalam kebijakan dan pelaksanaannya, selain oleh Gerakan-gerakan masyarakat khususnya Gerakan perempuan akar rumput sebagai pelaku perubahan mulai dari Tingkat individu, keluarga/rumah tangga, komunitas.

Untuk Keadilan Gender dan Keadilan Iklim,

Medan/Palembang, 3 September 2025
Dina Lumbantobing
Koordinator Konsorsium PERMAMPU – 082164666615

Siaran Pers Konsorsium PERMAMPU Menyambut Hari Keluarga, 29 Juni 2025 “Membangun Empati Intergenerasi di Keluarga.”

Sekretariat Konsorsium PERMAMPU bersama delapan LSM perempuan di Pulau Sumatera yang merupakan anggota, yaitu: Flower Aceh (Aceh), PESADA (Sumatera Utara), PPSW Riau (Riau), LP2M (Sumatera Barat), APM (Jambi), Cahaya Perempuan (Bengkulu), WCC Palembang (Sumatera Selatan), dan Perkumpulan Damar (Lampung), merayakan Hari Keluarga Nasional ke-32 yang dilaksanakan secara hybrid pada Rabu, 25 Juni 2025.Hari Keluarga Nasional sendiri pertama kali ditetapkan pada 29 Juni 1993, dan pengakuannya secara hukum diperkuat melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014. Peringatan ini hadir sebagai bentuk ajakan kepada seluruh masyarakat untuk kembali menempatkan keluarga sebagai fondasi utama dalam pembangunan bangsa sebuah keluarga yang kecil, bahagia, dan sejahtera.
Kegiatan ini berlangsung melalui Zoom secara hybrid di delapan provinsi, mencakup 38 titik lokasi di tingkat kabupaten/kota, dengan mengangkat topik: “Membangun Empati Intergenerasi di Keluarga.” Perayaan ini dilaksanakan di 38 titik Zoom kabupaten/kota di 8 provinsi di pulau Sumatera yang dihadiri 572 peserta diantaranya 104 Calon Keluarga Pembaharu, 30 Keluarga Peduli HKSR, 31 anggota Istimewa (usia anak) Credit Union/CU, 46 perempuan muda, 23 orang Perempuan dengan disabilitas, 73 orang lansia, 73 orang pengurus CU, 96 kader OSS&L dan kader CU, 24 orang perempuan potensial dan Femokrat, 40 pengurus Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput/FKPAR, serta 20 jaringan NGO dan 12 media.
Diskusi kritis dalam perayaan ini menghadirkan pembicara Nani Zulminarni, fellow Ashoka yang merupakan penggagas konsep Keluarga Pembaharu dan Direktur Eksekutif Ashoka. Acara dimulai dengan sambutan dari Dina Lumbantobing, Koordinator Konsorsium PERMAMPU yang juga fellow Ashoka dimana PESADA menjadi salah satu co-founder dari keluarga Pembaharu. Dalam pembukaan perayaan, Dina menyampaikan bahwa pendekatan berbasis keluarga bukanlah hal baru, terutama bagi PESADA. Sebagai contoh, di tahun 1991, PESADA telah mendirikan Taman Bina Asuh Anak di Kecamatan Salak (yang sekarang menjadi Kabupaten Pakpak Bharat) dan membentuk kelompok orang tua. Namun, karena pengaruh budaya dan stigma yang menyatakan bahwa perawatan anak adalah tanggung jawab ibu, keterlibatan ayah dalam pengasuhan masih terbatas. Pemikiran ini terus berkembang sejak tahun 1991 hingga di tahun 2015 PESADA yang menjadi Pengelola Konsorsium PERMAMPU mengembangkan Keluarga Peduli HKSR, dan berlanjut dengan ide baru berupa Keluarga Pembaharu yang melibatkan seluruh anggota Keluarga.
Acara ini dihadiri oleh Virlyan Nurkristi sebagai perwakilan dari INKLUSI yaitu Lembaga Kemitraan Australia Indonesia menuju Masyarakat Inklusif dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh INKLUSI atas ide inovativ Gerakan Keluarga Pembaharu untuk pembaharuan nilai menuju kesetaraan yang saling menghormati di dalam keluarga. Hal ini telah disaksikan alam kunjungan monitoring ke Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Sebagai narasumber dengan diskusi yang berlangsung hangat, Nani Zulminarni mengajak peserta untuk melihat keluarga dari perspektif yang lebih jujur dan kritis. Menurutnya, keluarga sering kali menjadi institusi yang sarat dengan ketidaksetaraan. Ketimpangan peran, status, dan kedudukan begitu lekat dalam keseharian keluarga, terutama dalam keluarga besar yang melibatkan banyak generasi seperti nenek-kakek, ayah-ibu, paman-tante, hingga anak-anak.
Ketidaksetaraan ini tak jarang melahirkan kesenjangan bukan hanya dalam hal tanggung jawab, tetapi juga dalam akses terhadap kesempatan, pengalaman hidup, keterampilan, informasi, hingga teknologi. Maka dari itu, memperkuat nilai empati dan keadilan di dalam keluarga menjadi sangat penting, agar setiap anggotanya bisa tumbuh setara dan saling mendukung.

Perayaan Hari Keluarga Nasional tahun ini bukan hanya peringatan, tetapi juga panggilan: untuk menata kembali relasi dalam keluarga, membangun empati lintas generasi, dan menjadikan rumah sebagai ruang aman bagi semua anggotanya.
Semangat dan antusiasme terasa begitu kuat dari seluruh peserta yang mengikuti perayaan Hari Keluarga Nasional. Tak hanya sekadar seremonial, perayaan ini juga menjadi ruang refleksi dan diskusi kritis antar generasi yang menggugah kesadaran kolektif tentang pentingnya peran keluarga dalam membentuk masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Keluarga bukan hanya sekumpulan orang yang tinggal dalam satu atap. Lebih dari itu, keluarga adalah unit sosial terkecil yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anak, tempat mereka belajar nilai, empati, dan kehidupan. Di sinilah sesungguhnya proses pencegahan terhadap berbagai persoalan sosial dimulai, seperti perkawinan anak di bawah usia 19 tahun, dan kekerasan terhadap perempuan.
Dalam masyarakat, struktur keluarga terdiri dari individu-individu yang beragam dari segi usia, jenis kelamin, peran, dan kemampuan. Mereka terikat dalam hubungan yang kompleks, saling bergantung dan saling membutuhkan. Dalam struktur ini, empati menjadi kunci. Empati bukan sekadar rasa kasihan, tetapi kemampuan untuk benar-benar memahami dan merasakan apa yang dialami oleh anggota keluarga lainnya. Tanpa empati, relasi dalam keluarga mudah berubah menjadi timpang dan penuh ketegangan.
Membangun Keluarga Sebagai Ekosistem dengan Empati sebagai Fondasi
Gerakan Keluarga Pembaharu hadir membawa semangat baru sebuah upaya untuk membentuk ekosistem yang memungkinkan setiap anggota keluarga menjadi agen perubahan. Gerakan ini bertujuan mendorong setiap individu untuk terus berkontribusi sepanjang hayat, melindungi hak untuk memberi, dan menciptakan ruang tumbuh yang saling mendukung. Dalam paparannya, Nani Zulminarni menekankan bahwa untuk mewujudkan gerakan ini, dibutuhkan perubahan paradigma dalam memandang keluarga.
Paradigma baru itu merumuskan bahwa keluarga adalah sebuah tim, relasi antar generasi berbentuk orbital atau oval, tidak lagi hierarkis dan seluruh relasi dalam keluarga harus berpijak pada empati. Untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, Gerakan Keluarga Pembaharu dibangun di atas empat pilar utama yaitu: Empati, Kerja sama tim yang kolaboratif, tindakan nyata untuk perubahan dan Kepemimpinan baru

Empati, menurut Nani, adalah fondasi yang tak tergantikan. Ia adalah kemampuan untuk melihat dan merasakan tantangan yang dihadapi oleh anggota keluarga lain terlepas dari usia, gender, disabilitas, maupun latar belakang mereka. Namun, penelitian menunjukkan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam keluarga intergenerasi adalah soal komunikasi. Untuk itu, Nani menawarkan komunikasi tanpa kekerasan sebagai pendekatan yang dapat meningkatkan rasa empati dan memperkuat ikatan emosional antar anggota keluarga.
Di akhir sesinya, Nani menyoroti bahwa tantangan terbesar dalam keluarga intergenerasi adalah menjadikan keluarga sebagai ekosistem yang mendukung pertumbuhan setiap orang. Keluarga seringkali terjebak dalam pola lama yang penuh ketimpangan: sebuah struktur hierarkis di mana suara anak, perempuan, atau lansia sering kali terpinggirkan. Oleh karena itu, perlu ada refleksi mendalam tentang bagaimana setiap anggota keluarga diberi ruang untuk bersuara dan menjadi dirinya sendiri. Kita perlu mengenali emosi, belajar mengendalikannya, dan menciptakan ruang aman di mana setiap orang dapat mengekspresikan perasaannya tanpa rasa takut.
Sesi diskusi menjadi semakin hidup ketika peserta mulai mengangkat persoalan nyata yang mereka hadapi. Salah satu pertanyaan yang banyak muncul adalah: bagaimana menghadapi anak yang cenderung terlalu sering menggunakan ponsel? Menanggapi hal ini, Nani menyampaikan bahwa kita tak bisa sepenuhnya mencegah kebutuhan anak terhadap gadget. Namun, kita bisa menawarkan alternatif: aktivitas yang lebih dekat dengan alam. Di banyak wilayah tempat Ashoka bekerja, kegiatan seperti berkebun dan bercocok tanam di tingkat keluarga terbukti berhasil mengurangi ketergantungan anak pada layar. Selain itu, membangun komunitas orang tua yang menghadapi tantangan serupa juga menjadi kunci. Di sana, anak-anak bisa diajak untuk beraktivitas di luar ruangan bersama. Orang tua juga disarankan untuk menetapkan zero screening bagi balita, atau membatasi penggunaan gadget pada usia tertentu.
Nani juga menekankan bahwa hukuman, terutama yang disertai kekerasan verbal atau pengabaian emosional, dapat meninggalkan luka batin mendalam. Luka masa kecil ini, meskipun tersembunyi dalam alam bawah sadar, sering muncul kembali di usia dewasa dan berdampak panjang terhadap kesehatan mental.
Pentingnya Komunikasi Terbuka, Jujur, Penuh Kasih Sayang
Diskusi kemudian diperdalam oleh Dina Lumbantobing, yang memandu para peserta untuk menggali lebih dalam tantangan komunikasi dalam keluarga dan saran untuk mengatasinya. Hasil diskusi dirangkum oleh Ramida Sinaga ssebagai Penanggung-jawab Host Konsorsium PERMAMPU yang menyampaikan bahwa banyak anak merasa takut berbicara kepada orang tua, terutama saat terjadi konflik. Sementara para perempuan muda menyatakan bahwa perbedaan generasi dan latar belakang pendidikan seringkali menciptakan jarak emosional. Kelompok ibu mengeluhkan kesibukan yang menyita waktu komunikasi. Di lain pihak kelompok lansia merasa terpinggirkan, dan para ayah menyampaikan bahwa sering terjadi ketidakharmonisan karena masing-masing bertindak menurut kehendaknya sendiri.
Namun dari refleksi itu pula lahirlah langkah-langkah sederhana namun penting: menyediakan waktu untuk berbicara, mendengarkan dengan sepenuh hati, membuat aturan bersama tentang aktivitas keluarga, memberi ruang bagi pasangan untuk memahami peran masing-masing, serta mengubah gaya bicara agar lebih lembut dan penuh pendekatan. Para peserta juga sepakat bahwa komunikasi terbuka, jujur, dan penuh kasih sayang adalah kunci untuk memperkuat hubungan dalam keluarga.
Menutup kegiatan, Dina menegaskan kembali komitmen Konsorsium PERMAMPU dalam mendorong pendekatan melalui keluarga. Salah satunya melalui penguatan CU (Credit Union), yang tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga menjadi ruang tumbuh untuk para Perempuan semua umur, termasuk anak-anak, Perempuan muda, lansai, terutama para ibu. Melalui semangat Keluarga Pembaharu, PERMAMPU berusaha menciptakan lingkungan yang memungkinkan anak-anak merasa merdeka, senang, dan nyaman di rumah serta bebas mengejar mimpi mereka. PERMAMPU juga berupaya menjangkau keluarga lintas generasi secara lebih luas dengan lebih aktif melibatkan anak, remaja, nenek, kakek, dan seluruh elemen keluarga untuk bersama-sama membangun keluarga yang progresif, hemat, tidak konsumtif, dan penuh cinta.
Mari bersama bergerak bersama Keluarga Pembaharu.

Medan, 28 Juni 2025
Dina Lumbantobing
Koordinator Konsorsium PERMAMPU
Narahubung Provinsi:
1. Riris Okinawa – 081360711800 (Direktur Flower Aceh)
2. Dinta Solin – 081298238224 (Direktur PESADA- Sumatera Utara)
3. Felmi Yetti – 081266244843 (Direktur LP2M-Sumatera Barat)
4. Herlia Santi – 085265694543 (Direktur PPSW Riau)
5. Marsiyam – 082280829567 (Direktur APM Jambi)
6. Leksi Oktafia – 823-8651-1119 (Direktur CP WCC Bengkulu)
7. Yesi Ariyani – 081367674757 (Direktur WCC Palembang)
8. Afrintina – 082175932981 (Direktur Damar – Lampung)



Klarifikasi dan Pernyataan Sikap atas Informasi Tidak Benar “Konsorsium PERMAMPU menawarkan skema angsuran senilai Rp. 88 miliar kepada BPVP Padang”

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Atas nama Konsorsium PERMAMPU kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran teman- teman media dan semua pihak yang telah hadir secara offline maupun online dalam konferensi pers ini. Kehadiran teman-teman semua adalah bentuk dukungan terhadap upaya kita bersama dalam memerangi kejahatan informasi yang menyesatkan alias hoax.
Konferensi pers ini kami lakukan untuk memberikan klarifikasi resmi atas berita bohong dan tidak benar yang disebarkan oleh pihak yang menyatakan dirinya sebagai Lembaga Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Padang melalui website : https://permampu.bpvppadang.id yang menyebutkan bahwa Konsorsium PERMAMPU menawarkan skema angsuran senilai Rp. 88 miliar kepada BPVP Padang untuk mendukung program-program pelatihan kerja dan pengembangan keterampilan yang dijalankan oleh BPVP Padang.

Atas penyebaran berita bohong, menyesatkan alias hoax di atas, dengan ini PERMAMPU mengklarifikasi dan menyatakan secara tegas bahwa:

1. PERMAMPU tidak pernah menjalin kerja sama dengan organisasi BPVP Padang, baik secara formal maupun informal.
2. PERMAMPU tidak pernah menawarkan skema angsuran dalam bentuk apapun dan untuk kepentingan apapun baik kepada BPVP maupun pihak lain.
3. Pihak BPVP Padang memang telah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa informasi di atas adalah hoax atau tidak benar dan website-akun tersebut mengatasnamakan BPVP alias bukan akun resmi BPVP (terlampir surat pernyataan BPVP)
4. Terkait pernyataan nomor 3 di atas, kami mengamati dan memantau bahwa akun- website https://permampu.bpvppadang.id tersebut masih belum dihapus dan karenanya dapat diakses oleh publik, sehingga berita tidak benar alias hoax tersebut tetap beredar.
5. Apapun status website-akun yang digunakan yang berisi informasi tentang skema angsuran yang beredar tersebut adalah tidak benar, menyesatkan, dan berpotensi merugikan masyarakat terutama telah mencemarkan nama baik dan telah merusak reputasi PERMAMPU.

6. Konsorsium PERMAMPU tidak akan bertanggungjawab apabila masyarakat dan pihak manapun terdampak oleh informasi yang menyesatkan, tidak benar dan hoax sebagai mana tersebut di atas.
7. Meminta pihak pihak yang telah melakukan penyebaran berita bohong untuk segera menghapus website-akun https://permampu.bpvppadang.id dan berhenti menyebarkan berita bohong tersebut, karena menyebarkan berita bohong merupakan perbuatan melanggar UU No. 11 Tahun 2008 Pasal 28 ayat (1), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi dan Ketentuan Pasal 310 dan 328 KUHP tentang Pencemaran nama baik.
8. Konsorsium PERMAMPU mengajak media massa, publik dan semua pihak untuk bersama-sama memerangi informasi menyesatkan, tidak benar alias hoax dalam berbagai bentuk.

Perlu kami sampaikan juga bahwa, PERMAMPU adalah konsorsium delapan organisasi perempuan Mitra MAMPU dari seluruh Pulau Sumatra, yaitu Flower Aceh dari Aceh, Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) dari Sumatra Utara, Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) dari Sumatra Barat, Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Sumatera (PPSW) dari Riau, Aliansi Perempuan Merangin (APM) dari Jambi, Women’s Crisis Centre (WCC) Cahaya Perempuan dari Bengkulu, WCC Palembang dari Sumatra Selatan, dan DAMAR (Lampung).
Konsorsium PERMAMPU bekerjasama dengan tokoh strategis (pemimpin agama dan budaya, penyedia layanan kesehatan, sekolah, dan pemerintah daerah) untuk mengadvokasi agar norma sosial-budaya dan kebijakan yang mendorong terpenuhinya hak perempuan dan agar perempuan dapat mengakses, berpartisipasi dan mendapat manfaat atas semua informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi, dan gizi yang bermartabat. PERMAMPU juga bekerja sama dengan Lembaga masyarakat sipil lain untuk issue-issue yang sesuai dengan konsern PERMAMPU.

PERMAMPU senantiasa berkomitmen untuk menjaga integritas dan transparansi dalam setiap kegiatannya. Kami juga terbuka kepada publik untuk melakukan konfirmasi langsung bila menemukan informasi yang meragukan dan merugikan Lembaga kami maupun merugikan masyarakat serta untuk berhati-hati terhadap segala bentuk penipuan dan informasi tidak benar yang mengatasnamakan Lembaga tertentu, terutama Lembaga PERMAMPU.

Terima kasih banyak atas perhatian dan dukungan serta kerjasamanya. Padang, 13 Juni 2025
Badan Pengurus-Badan Pengawas

Nara hubung :
1. Felmi Yetti Hp. 0812-6624-4843
2. Lusi Herlina Hp. 0816-353-794
3. Khairani Arifin Hp. 0852-4694-0686