Melalui Peringatan Hari Pendidikan Nasional Pesada melaksanakan
Pendidikan Kritis Untuk Perubahan Perilaku
Pandemi Covid 19 Merebak.
Ketika Pandemi Covid 19 merebak, berbagai istilah asing yang menimbulkan kebingungan bagi masyarakat telah menjadi salah satu tantangan untuk dapat mematuhi protocol kesehatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Hal ini secara langsung dirasakan oleh kelompok perempuan akar rumput dan komunitas di sekitarnya yang menjadi dampingan Permampu. Permampu adalah konsorsium dari 8 LSM Perempuan yang mengadvokasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Perempuan di 8 propinsi di pulau Sumatera. Sebagai organisasi penguatan perempuan yang bekerja langsung di akar rumput di propinsi Sumatera Utara, Pesada yang merupakan bagian dari Konsorsium Permampu merasa sangat penting & mendesak agar seluruh kelompok perempuan dampingan & keluarga tidak terpapar virus covid & mampu mencegah penyebaran virus.
Oleh karena itu, dibutuhkan sosialisasi yang tidak hanya sekedar menjelaskan arti dari berbagai istilah asing mulai dari lock down, social stancing, physical stancing, epicenter, cluster, red zone, hand sanitizer, disinfectant; tetapi juga berbagai akronim yang membingungkan seperti: ODP, PDP, OTG, dst. Sosialisasi juga diharapkan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, tetapi sangat diharapkan mampu membawa perubahan kesadaran untuk melakukan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga halnya dengan perempuan muda dampingan Permampu, serta anggota keluarga mereka. Ketidaksiapan untuk belajar jarak jauh yang begitu tiba-tiba, tantangan untuk belajar dari rumah; sangat diwarnai oleh masalah akses ke media belajar berupa HP, laptop, jaringan internet yang lancar, suasana belajar di rumah, dan kesulitan untuk disiplin mengelola waktu belajar di rumah. Hal ini diperburuk oleh karena media belajar ini juga merupakan media untuk berkomunikasi, untuk pergaulan, dan sebagainya. Secara khusus perempuan muda memperoleh tantangan tersendiri, karena mereka juga bertanggung jawab atas peran domestic, melakukan pekerjaan rumah tangga. Berbeda dengan anak laki-laki; yang lebih bebas keluar rumah, bahkan tidak disiplin dalam mematuhi larangan berkumpul, menggunakan masker, jam malam, dll.
Untuk mengatasinya, Pesada bersama Permampu melaksanakan pendidikan kritis yang merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Seumur Hidup (lifelong learning). Terdapat 4 pilar dalam pendidikan seumur hidup, yaitu: belajar untuk mengetahui dan menguasai sesuatu, melakukan atau menerapkan sesuatu, menjadi seseorang yang percaya diri dan mampu hidup bersama orang lain dengan harmonis[1]. Secara khusus keempat kemampuan ini harus didasari oleh kesadaran kritis yang bukan hafalan atau keyakinan buta semata.
Sehingga mulai April s/d Mei ini, sedang dilakukan pendidikan diskusi kritis untuk sekitar 800an kader, para pihak berkepentingan (stakeholder local) dan pengurus kelompok perempuan dampingan Permampu. Pemahaman mereka dalam memahami seluk beluk virus corona menjadi dasar untuk masuk ke kesadaran baru mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan bahasa yang mudah dipahami. Selama ini kebersihan dan kesehatan belum menjadi sebuah perilaku penting yang menjadi dasar membangun immunitas dan mengatasi segala bentuk wabah.
Pesada sendiri melaksanakan pendidikan kritis kepada kader & anggota kelompok dampingan sekitar 413 orang di Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Medan, Langkat & pulau Nias dari 37 desa kelompok dampingan.
Pengetahuan ini membuat mereka berani dan percaya diri menyampaikan informasi mengenai seluk beluk Covid 19, jenis penularan dan cara pencegahannya di keluarga/rumah tangga dan komunitas dengan sederhana, menggunakan media-media yang resmi yang telah diadopsi untuk mudah dipahami komunitas local, serta terampil membantu upaya-upaya pencegahan penularan virus corona/covid 19; maupun menangani kasus-kasus yang diakibatkan oleh wabah tersebut.
Bahkan bukan hanya untuk dampingan saja, tetapi juga untuk masyarakat di mana mereka hidup bersama. Membangun hotline rujukan, pembuatan massal disinfektan, hand sanitizer, masker, tempat cuci tangan di luar rumah serta aktif terlibat dalam pendataan, serta mendata perempuan yang terdampak Covid. Kegiatan pendidikan kritis ini dilakukan bekerjasama dengan pemerintah lokal desa & Kabupaten sekaligus membuat rencana bersama sebagai tindak lanjut dari diskusi. Dari diskusi kritis beberapa desa menyepakati rencana kegiatan dengan mendata kepentingan masyarakat yang membutuhkan seperti vitamin, masker, sembako dengan pembiayaan dari ADD. Pemerintah desa memberikan apresiasi dan merasa termotivasi untuk mereplikasi model edukasi yang dilakukan oleh Pesada.